Monday, September 1, 2008

ALIRAN ALIRAN DALAM PSIKOLOGI



ALIRAN ALIRAN DALAM PSIKOLOGI


Psikologi Transpersonal

Perintisan psikologi transpersonal diawali dengan penelitian-penelitian tentang psikologi kesehatan pada tahun 1960an yang dilakukan oleh Abraham Maslow (Kaszaniak,2002). Perkembangan psikologi transpersonal lebih pesat lagi setelah terbitnya Journal of Transpersonal Psychology pada tahun1969 dimasa disiplin ilmu psikologi mulai mengarahkan perhatian pada dimensi spiritual manusia. Penelitian mengenai gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, exctasy, keadaran ruhaniah, pengalaman transpersonal, aktualisasi dan pengalaman transpersonal mulai dikembangkan. Aliran psikologi yang memfokuskan diri pada kajian-kajian transpersonal menamakan dirinya aliran psikologi transpersonal dan memproklamirkan diri sebagai aliran ke empat setelah psikoanalisis, behaviourisme dan humanistic. Psikologi transpersonal memfokuskan diri pada bentuk-bentuk kesadaran manusia, khususnya taraf kesadaran ASCs (Altered States of Consciosness)
Sejak 1969, ketika Journal of Transpersonal Psychology terbit untuk pertamakalinya, psikology mulai mengarahkan perhatiannya pada dimensi spiritual manusia. Penelitian yang dilakukan untuk memahami gejala-gejala ruhaniah seperti peak experience, pengalaman mistis, ekstasi, kesadaran kosmis, aktualisasi transpersonal pengalaman spiritual dan kecerdasan spiritual (Zohar,2000).
Aliran psikologi Transpersonal ini dikembangkan oleh tokoh psikologi humanistic antara lain : Abraham Maslow, Antony Sutich, dan Charles Tart. Sehingga boleh dikatakan bahwa aliran ini merupakan perkembangan dari aliran humanistic. Sebuah definisi kekemukakan oleh Shapiro yang merupakan gabungan dari pendapat tentang psikologi transpersonal : psikologi transpersonal mengkaji tentang poitensi tertinggi yang dimiliki manusia, dan melakukan penggalian, pemahaman, perwujudan dari kesatuan, spiritualitas, serta kesadaran transendensi.
Menurut Maslow pengalaman keagamaan meliputi peak experience, plateu, dan farthes reaches of human nature. Oleh karena itu psikologi belum sempurna sebelum memfokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal. Maslow menulis (dalam Zohar, 2000). "I should say also that I consider Humanistic, Third Force psychology, to be trantitional, a preparation for still higher Fourth Psychology, a transpersonal, transhuman centered in the cosmos rather than in human needs and interest, going beyond humanness, identity, self actualization, and the like".
Psikologi transpersonal lebih menitikberatkan pada aspek-aspek spiritual atau transcendental diri manusia. Hal inilah yang membedakan konsep manusia antara psikologi humanistic dengan psikologi transpersonal. McWaters (dalam Nusjirwan, 2001) membuat sebuah diagram yang berbentuk lingkaran dimana setiap lingkaran mewakili satu tingkat berfungsinya menusia dan tingkat kesadaran diri manusia.

Tiap tingkat dari bagian diatas menunjukan tingkat fungsi dan tingkat kesadaran manusia. Lingkaran 1,2 dan 3 yang berturut-turut mewakili aspek fisikal, aspek emosional dan aspek intelektual dari kekuatan batin individu. Lingkaran 4 menggambarkan pengintegrasian dari lingkaran 1, 2 dan 3 yang memungkinkan individu berfungsi secara harminis pada tingkat pribadi. Keempat lingkaran ini termasuk dalam kawasan personal manusia.
Tingkatan berikutnya termasuk dalam kategori wilayah transpersonal manusia. Lingkaran 5 mewakili aspek intuisi. Pada aspek ini mulai samara-samar menyadari bahwa ia bisa mempersepsi tanpa perantara panca indra (extra sensory perception). Lingkaran 6 mewakili aspek energi psikis (kekuatan bathiniah) di mana individu secara jelas menghayati dirinya sebagai telah mentransedir/melewati kesadaran sensoris dan pada saat yang sama menyadari pengintegrasian dirinya dengan medan-medan energi yang lebih besar. Fenomena-fenomena para psikologi dapat dialami pada tingkat kesadaran ini. Lingkaran 7 mewakili bentuk penghayatan paling tinggi-penyatuan mistis atau pencerahan, dimana diri seseorang mentransendir dualintas dan menyatu dengan segala yang ada. Melewati ke tujuh tingkat yang disebutkan itu, dikatakan lagi tingkat pengembangan potensial dimana semua tingkat dihayati secara simultan.
Konsep dari McWater ini dapat menjelaskan bagaimana seseorang mencapai kualitas diri melalui metode tafakur. Ketika seseorang berada pada fase pertama dalam bertafakur berarti dia berada pada dunia fisik yaitu pengetahuan yang didapat dari fungsi indera. Sebuah kejadian akan dipresepsi secara empiris yang langsung melalui pendengaran, penglihatan atau alat indera lainnya, atau secara tidak langsung seperti pada fenomena imajinasi, pengetahuan rasional yang abstrak, yang sebagaian pengetahuan ini tidak ada hubungannya dengan emosi.
Jika seseorang memperdalam cara melihat dan mengamati sisi-sisi keindahan, kekuatan, dan keistimewaan lainnya yang dimiliki sesuatu, berarti ia telah berpindah dari pengetahuan yang indrawi menuju rasa kekaguman ( tadlawuk) dimana pada tahap ini adalah tahap bergejolaknya perasaan, disini kita melihat bahwa tahap ini sesuai dengan tahap kedua dari McWater yaitu emosional. Pada tahap selanjutnya, dengan bertafakur aktiitas kognitif seseorang muali delibtkan, disinilah tafakur sangat berperan dalam proses pengintegrasian ketiga komponen tadi yaitu fisik, dmosi dan intelektual.
Kemudian jika hasil pengintegrasian seseorang ini ditransendensikan kepoada Allah maka kualitas seseorang tadi akan meningkat dari personal menuju transpersonal. Badri (1989) mencontohkan seseorang yang sudah pada tahap transpersonal ini "perasaan kagum manusia terhadap keindahan dan keagungan penciptaan serta perasaan kecil dan hina di tengah malam, yang ia saksikan merupakan fitrah yang sudah diberikan Allah kepada manusia untuk dapat melihat semua yang ada di langit dan di bumi sehingga ia dapat menemukan sang pencipta, merasakan khusuk terhada-Nya, dan dapat menyembah-Nya. Baik karena takut atau karena cinta". Dari ungkapan tersebut dapat dita lihat bahwa seseorang yang mengakui bahwa keindahan itu adalah ciptaan Allah maka berarti dia sudah memasuki dunia transpersonal.
Daftar Pustaka
Noesjirwan, joesoef. 2000. Konsep Manusia Menurut Psikologi Transpersonal (dalam Metodologi Psikologi Islami). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Purwanto, Setyo. 2004. Tafakur Sebagai Sarana Transendensi. (materi kuliah PI) tidak diterbitkan


Psikologi Humanistik

Berlainan dengan psikoanalisis yang memandang buruk manusia dan behaviour yang memandang manusia netral, psikologi humanistic berasumsi bahwa pada dasarnya manusia memiliki potensi-potensi yang baik, minimal lebih banyak dari pada buruknya. Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Asumsi ini menunjukan bahwa manusia makhluk yang sadar dan mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hamper segalanya.
Salah satu kelompok aliran ini adalah logoterapi yang dikembangkan oleh Viktor Frankl. Logoterapoi mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 komponen dasar yaitu dimensi raga (somatic), dan dimensi kejiwaan (psikis) dan dimensi neotic atau sering disebut dengan dimensi keruhanian(spiritual). Menurut Frankl bahwa arti keruhanian ini tidak mgnacu pada agama tetapi dimensi ini dianggap inti kemanusiaan dan merupakan sumber dari makna hidup, serta potensi dari berbagai kemampuan dan sifat luhur manusia yang luarbiasa yang selama ini terabaikan oleh telaah psikologi sebelumnya. Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai satu kesatuan dari raga-jiwa-ruhani.
Manusia memiliki hasrat untuk mencari makna hidup, bila seseorang berhasil menemukan makna hidupnya maka hidupnya akan bahagia demikian sebaliknya bila tidak menemukannya maka hidupnya akan hampa. Dan menurut Frankl kehilangan makna hidup ini banyak dialami orang-orang yang hidup dalam dunia modern saat ini.
Meskipun mencakup aliran-aliran intelektual yang heterogen, gerakan ini memiliki dua ciri dasar : ketidakpuasan terhadap orientasi behavioristik yang ada dalam psikologi kontemporer, dan maksud untuk menjadikan studi tentang manusia, tentang sifat dan keberadaanya sebagai butir utama dari psikologi. Gerakan ini kemudian dikenal dengan nama psikologi humanistic. Psikologi humanistic menarik perhatian karena ia merupakan gerakan yang mewarisi unsure-unsur mentalistik, fenomenologis dan eksistensial yang oleh behaviorisme dan psikoanalisis kiabaikan atau ditolak
Tokoh-tokoh psikologi Amerika yang mempelopori pembelaan terhadap apa yang dewasa ini disebut psikologi humanistic adalah William James (1942-1910) dan G.Stanly Hall (1844-1924). Keduanya mencita-citakan psikologi ilmiah yang mengangkat dan memlihara manusia sebagai keseluruhan. Mereka juga percaya bahwa psikologi perlu menyelidiki kehidupan afektif menusia yang esensial dari manusia. Satu dasawarsa kemudian, Carl Rogers, pelopor terapi clientcentered atau non-direktif, menerbitkan buku yang berjudul Conseling and Psychotherapy (1942), dan Abraham Maslow menerbitkan rumusan awal bagi teorinya tentang motivasi (1943).

o Kemunculan psikologi humanistik
Psikologi humanistic lahir dari ketidakpuasan terhadap jalan yang ditempuh oleh psikologi. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi moderen, partial, tidak lengkap, dan satu sisi. Psikologi behavioristik menjadi 'mendehumanisasi', meskipun menunjukan keberhasilan yang spektakuler dalam area-area tertentu, gagal untuk memberikan sumbangan yang besar kepada pemahaman manusia dan kondisi eksistensinya. Dalam kenyataanya, psikologi behavioristik itu telah merampok esensi mnusia. Para ahli psikologi humanistic mengarahkan usahanya pada 'humanisasi' psikologi. Mereka memberikan penekanan pada spontanitas, kendali internal, dan keunikan manusia, serta pada masalah-masalah eksistensial.
Factor lain yang memberikan andil pada kemunculan psikologi humanistic adalah keyakinan bahwa psikologi telah terlalu lama mempelajari fungsi-fungsi manusia tetapi dengan menghilangkan manusia itu sendiri, atau memusatkan perhatiannya pada hal-hal primer dan esensial. B. Berelson dan G/A. Steiner dalam buku mereka yang berjudul Human Behaviour : An Inventory of Scientific Findings (1964).
Psikologi humanistic adalah suatu gerakan prlawnan terhadap psikologi yang dominant mekanistik, reduksionistik, atau 'psikologi robot' yang mereduksi manusia. Psikologi humanistic juga menentang metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakn terhadap psikologi yang mekanomorfik dan yang menyetujui penamaan humanistic berdasarkan pemilikan konsep tentang manusia sebagai mahkluk yang kreatif yang dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar maupun oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar, melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri.

o Perkembangan psikologi humanistic
Di Inggris, John Cohen, guru besar psikologi di Universitas Menchester, menentang orientasi psikologi yang menonjol pada zamannya, khususnya psikologi yang reduksionistik, dan menghimbau reorientasi psikologi melalui bukunya yang berjudul Humanistic Psychology. Ia menjelaskan posisi humanistiknya dengan mengatakan bahwa "subjek studi psikologi tidak lain adalah manusia ; psikologi bukanlah bagian dari fisiologi. Langkah pertama kita karenanay haruslah mempelajari apa yang khas pada manusia".
Di Jerman, Albert Wellek, bekas guru besar psikologi dan direktur Institut Psikologi Univrsitas Mainz, secara konsisten menunjukan penekanan pada unsure-unsur humanistic dalam tulisan-tulisannya, khususnya tulisan-tulisannya di lapangan kepribadian di mana in memberikan sumbangan-sumbangannya yang paling besar.
Di Amerika, psikologi humanistic memperoleh dukungan pertama-tama dari para psikoterapis, para ahli psikologi klinis dan para ahli psikologi yang menaruh perhatian pada teori kepribadian, tetapi lambat laun ia memperoleh pengikut dari kalangan-kalangan lain, yakni kalangan-kalangan akademis dan eksperimantal. Tesis humanistic Maslow, seperti dikatakn Maslow sendiri, tampik pertamakali sebagai "argument di dalam keluarga para psikologi", kemudian berubah menjadi "suatu filsafat hidup baru yang komprehensif","suatu Weltanschauung humanistic" yang menarik perhatian banyak ahli psikologi. Penerbitan buku kumpulan karangan dengan judul Humanistic Viewpoint in Psychology yang diedit oleh F.T.Severin, (1965), membantu psikologi humanistic melalui konseptualisasi yang dikemukakannya. Penerbitan buku-buku lain, yakni buku-buku teks psikologi umum maupun buku-buku tentang studi-studi khusus yang berlandaskan pada titik pandang humanistic berlangsung pada tahun 1960-an. Pengangkatan Maslow sebagai presiden Perhimpunan Psikologi Amerika pada tahun 1969 merupakan tanda bahwa tema-tema humanistic yang didukungnya memperoleh pengakuan dan repek dari para ahli psikologi Amerika. Pada tahun 1970, Perhimpunan Psikologi Amerika menyetujui pembentukan Devisi Psikologi Humanistik (devisi ke-32). Maksudnya adalah "untuk menerapkan konsep-konsep, teori-teori, dan filsafat Psikologi Humanistik pada penelitian, pendidikan, dan penerapan-penerapan profesionalo pada psikologi ilmiah". Carmi Harari, seorang ahli psikologi klinis, terpilih sebagai presiden pertama ketika devisi baru ini remi dibentuk pada tahun 1971.

o Ciri-ciri Psikologi Humanistik
Psikologi humanistic bisa dipandang, baik sebagai protes maupun sebagai suatu program baru, bahkan sebagai suatu aliran dan system baru. Protesnya diarahkan kepada orientasi psikologi, kepada modelo manusia dai Newton dan Darwin, dan kepada karakter mekanistik, deterministic dan reduksionistik. Sementara baik Freudianisme maupun behaviorisme menekankan kesinambungan manusia dengan dunia kepada ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang menjadikan manusia unik dan berbeda dengan khewan-khewan.
Psikologi Humanistik mencatat empat ciri psikologi yang berorientasi humanistic sebagai berikut :
Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya beerfokus pada pengalaman sebagai fenomenon primer dalam mempelajari manusia.
Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti memilih, kreativitas, menilai, dan eralisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistik dan reduksionistik.
Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedr-prosedur penelitian yang akan digunakan, serta menentang penekanan yang berlebihan pada objektivitas yang mengorbankan signifikasi.
Memberikan porhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Memang individu sebagaimana dia menemukan dirinya sendiri serta dalam hubungannya dengan individu-individu lain dan dengan kelompok-kelompok social.


Ciri-ciri umum:
Maslow (1969) menyebut psikologi humanistic sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri - yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh.

o Konsep-konsep dasar dan tujuan utama
Charlotte Buhler secara konsistin menekankan ciri-ciri psikologi humanistic berikut ini sebagai hal-hal yang mendasar : mencoba menemukan jalan masuk ke arah studi dan pemahaman individu sebagai keseluruhan, berhubungan erat dengan eksistensialisme yang menjadi landasan filosofisnya, terutama dengan pengalaman intersionalitas sebagai "inti diri dan motivasi individu",. Konsep tentang manusia yang paling sentral adalah kretivitas. Psikologi humanistic terutama relevan dan penting bagi psikoterapi dan pendidikan.
Tujuan utama psikologi humanistic, "mendiskripsikan secara lengkap apa artinya sebagai manusia". Meliputi pendiskripsian bakat-bakat bawaan manusia, pertumbuhan, kematangan, penurunan, interaksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya, lingkup dan jenis pengalamannya dan tempatnya di alam raya.

o Penerapan-penerapan (implikasinya)
Psikologi humanistic tidak hanya menginsyafi roh manusia dan kebutuhannya untuk memuaskan diri dan untuk menemukan makna dalam hidupnya, tetapi juga percaya bahwa masing-masing orang adalah agen yang paling bertanggung jawab atas kehidupan dirinya sendiri. Karena itu prinsip-prinsip psikologi humanistic memiliki implikasi-implikasi bagi etika (Kutz,1969), agama (Hammes,1971), dan hukum (Stones,1971). Mereka berusaha menerapkan prinsip-prinsip mereka terutama pada pendidikan, bisnis, dan psikoterapi.


Daftar Pustaka :
Misiak, Henryk and Virginia Staudt Sexton, Ph.D. 1988 .Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik : Suatu Survai Historis. Bandung : PT Eresco
Purwanto, Setyo.2004. Hank Out PI : Metode-metode Perumusan Psikologi islami.(Materi Kuliah) tidak diterbitkan

Psikologi Perilaku (Behaviour)

Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan olh kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut. Aliran ini menganggap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditantukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.
Aliran perilaku ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan, psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori periolaku terangkum dalam hokum penguatan atau law of enforcement, yakni :

a. Classical Conditioning
Suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bel yang selalu dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan akan menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan. Hal ini terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.
b. Law of Effect
Perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akibat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.
c. Operant Conditioning
Sautu pola perilaku akan menjadi mantapo apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguatan negative). Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku tersebut mngakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan (hukuman), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).

d. Modelling
Munculnya peruahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model)
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru.

Artikel Terkait

ALIRAN ALIRAN DALAM PSIKOLOGI
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Dapatkan desain eksklusif gretis via email

1 comments:

Anonymous
April 11, 2009 at 12:51 AM delete

Hiii... boleh juga article nya, q muw nanya ada ga aliran pychplogy herbartianisme...?

Reply
avatar