Thursday, October 9, 2008

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KLINIS DI INDONESIA

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KLINIS

DI INDONESIA

Bab I

Pendahuluan

Psikologi Klinis adalah salah satu bidang psikologi terapan selain Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri, dan lain-lain. Psikologi Klinis menggunakan konsep-konsep Psikologi Abnormal, Psikologi Perkembangan, Psikopatologi dan Psikologi Kepribadian, serta prinsip-prinsip dalam assesment dan intervensi, untuk dapat memahami maslah-masalah psikologis, gangguan penyesuaian diri dan tingkah laku anormal.

Dilihat dari cakupannya, psikologi klinis dapat diartikan secara sempit atau luas. Secara sempit, psikologi klinis tugasnya ialah mempelajari orang-orang abnormal atau subnormal. Tugas utama psikologi klinis adalah menggunakan tes yang merupakan bagian integral suatu pemeriksaan klinis yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Dalam cakupan yang lebih luas, psikologi klinis adalah bidang psikologi yang membahas dan mempelajari kesulitan-kesulitan serta rintangan emosional pada manusia, tidak memandang ia abnormal atau subnormal. Psikologi Klinis menopang gejala-gejala yang dapat mengurangi kemungkinan manusia untuk bahagia. Kebahagiaan erat hubungannya dengan kehidupan emosional-sensitif dan harus dibedakan dengan kepuasan yang lebih berhubungan dengan segi-segi rasional dan intelektual (Yap Kie Hien,1968).

Disini, berdasarkan cakupan dan beberapa pengertian dari para ahli psikologi, akan dibicarakan tentang perkembangan psikologi klinis dari awal dan akhirnya sampai di Indonesia. Dengan beberapa referensi baik buku maupun dari rujukan lain mengenai ilmu psikologi klinis yang merupakan cabang dari ilmu psikologi, akan merumuskan dan membahas masalah perkembangan psikologi klinis ini.

Bab II

Pembahasan

Psikologi Klinis merupakan salah satu jenis psikologi terapan yang sampai sekarang sering dipertanyakan arti, kedudukan, dan peranannya jika dibandingkan dengan psikiatri. Dalam hal Psikologi Klinis, bahkan psikologi saja masih tidak banyak yang mengetahuinya. Bahkan sejak digunakan, pada tahun 1530-an, telah terlihat jelas adanya ketidakpastian mengenai materi apa yang sebenarnya dibahas dalam psikologi ini. Philip Melacthon yang pada tahun tersebut merencanakan adanya psikologi, menyatakan bahwa substansi atau materi psikologi adalah gabungan dari faal tubuh, malaikat, setan, dan Tuhan yang muncul dalam gejala perilaku. Dapat dibayangkan rumitnya, apa yang dihadapi psikologi klinis kalau psikologi dianggap ilmu tentang materi tersebut. Kemudian, para fungsionalis menganggap bahwa materi psikologi adalah mental atau fungsi psikis, seperti emosi dan daya pikir.

Pada tahun 1920-an muncul Watson yang menghendaki adanya materi psikologi berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang objektif, dapat diukur dan diamati, ialah perilaku. Perkembangan psikologi berikutnya manjadi lebih rumit lagi, karena sangat banyak mengikuti perkembangan filsafat, terutama tentang hakikat manusia dan metodologi. Jadi, psikologi klinis sesuai dengan perkembangan materi psikologi pada umumnya, juga menghadapi masalah yang sama, ialah keruwetan mengenai apa yang sebenarnya dibaca psikologi : jiwa, ruh, mental, perilaku, pengalaman, penghayatan, dan lain-lain.

Dilihat dari sejarahnya, Psikoogi Klinis kemungkinan besar merupakan wacana psikologi yang paling tua dan sekaligus merupakan akar wacana psikologi pada umumnya. Akan tetapi, dilihat dari kedudukan dan fungsi dalam hubungannya dengan psikologi sebagai cabang ilmu yang mandiri Psikologi Klinis bukanlah pilar utama ilmu psikologi. Dengan demikian tidak ada kaidah dasar Psikologi Klinis yang mendukung dan menjadi tumpuan kaidah utama psikologi umumnya. Yang ada malahan sebaliknya, wacana psikologi klinis justru berkembang berdasarkan penggunaan kaidah-kaidah psikologi.

Adapun yang termasuk pilar psikologi adalah sub-sub disiplin ilmu psikologi, yaitu Psikologi Umum, Psikologi Perkembangan, Psikologi Sosial, dan Study Kepribadian ( yang lebih dikenal dengan nama Psikologi Keporibadian). Dalam pemahaman dasarnya, Psikololgi Klinis m,erupakan ilmu yang menerapkan atau mengaplikasikan Psikologi Abnormal sebagai dasarnya. Sementara itu, Psikologi Abnormal merupakan “kelanjutan” dari Study atau Psikologi Kepribadian. Namun, sebagaimana ilmu psikologi pada umumnya, yang merupakan study tentang perilaku dan penghayatan atas pengalaman seseorang. Psikologi Klinis juga merupakan study tentang perilaku seseorang. Psikologi Klinis juga merupakan study tentang perilaku seseorang individu secara khas (particular individual).

Psikologi Klinis lahir berdasarkan pendapat Hippocrates, bahwa setiap perilaku, termasuk gejala sakit, bersumber dari otak. Selanjutnya, apa yang dimaksudkan dengan “otak” itu diperluas menjadi persyaratan, dan khusus untuk perilaku, pengertian “otak” ini disubstitrusikan dengan “psike” atau “jiwa”, “mental” atau “mind”.

Pada awalnya, Psikologi Klinis merupakan bidang kajian dan terapan kecil yang juga menyangkut bagian kecil dari psikologi secara menyeluruh. Asamen Klinis, yang sebelumnya lebih dikenal dengan diagnostika atau khusus untuk masalah-masalah psikologis disebut psikodiagnostika, merupakan upaya untuk memahami gejala-gejala yang menyangkut masalah yang dialami anak-anak. Asament Klinis ini merupakan aktiitas profesional utama yang dilakukan para praktikus Psikologi Klinis, yang saat itu kebanyakanterbatas dalam ketrampilannya. Sejumlah mioritas klinikus yang melakukan psikoterapi, melakukan di bawah supervisi psikiatris. Praktik pribadi umumnya jarang, yang dalam kegiatannyaterutama lebih banyak merupakan konsultasi psikologis daripada Psikologi Klinis yang sebenarnya. Adapun yang merupakan konsentrasi tetap, lebih banyak dikenal berperan sebagai mental tester oleh atau bagi profesi lain. Maksudnya adalah bahwa Psikolog Klinis menerima permintaan profesi lain, seperti psikiater, Psikolog Industri dan Organiasai, guru, dan profesi lain untuk melakukan tes mental terhadap klien atau pasien mereka.

Selang waktu antara tahun 1896 dan 1946 merupakan tahun-tahun penting dalam Psikologi Klinis. Pada kurun waktu tersebut, praktik maupun wacana tentang psikologi klinis mendominasi wacana psikologi pada umumnya. Penggabungan istilah “psikologi” yang terkait dengan istilah “klinik” yang artinya tempat orang berobat, pertama kali dilakukan oleh L.Witmer (Arieti,1959 & Phares, 1993). Dari penggabungan ini dapat dilihat bahwa bidang terapan ini berpijak pada dua disiplin ilmu yang berbeda yakni psikologi akademik dan kedokteran. Psikologi Klinis adalah gabungan dari Psikologi Medis (yang merupakan perkembangan dari psikiatri), dan “University Clinicss” yang didirikan oleh L. Witmer yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari mental tests dan psikologi eksperimental, atau sering juga disebut psikologi “akademik”, psikologi sebagai ilmu.

Lightner Witmer pada tahun 1896 mendirikan Klinik Psikologis atau “Psychologocal Clinic” yang pertama di Universitas Pensylvania. Oleh karena itu, tahun 1896 dianggap sebagai tahun penemuan psikologi klinis sebagai profesi. Pada klinik ini tugas psikolog ialah memeriksa anak-anak yang mengalami kesulitan menerima pelajaran. Klinik psikologi pada waktu itu tidak bergerak seagai adan pel;ayanan bagi orang sakit atau orang-orang yang mengalami gangguan penyesuaian diri. Di Universitas lain, pendirian klinik psikologis seperti itu kemusian bermunculan, antara lain klinik psikologi yang dibangun oleh Carl E. Seashore di Universitas IOWA. Pada tahun 1914 telah tercatat 19 klinik psikologi yang dibangun, dan jumlahnya meningkat tajam pada tahun 1935 hingga menjadi 87 buah klinik (Louttit, 1939).

Pada tahun 1946, barulah psikoterapi menjadi aktivitas profesional yang tetap bagi psikolog klinis. Sejak 1970-an, kebanyakan psikolog klinis melakukan kegiatan psikoterapi, sementara kegiatan asesmen atau diagnosis hanya menyita 10% saja dari keseluruhan waktu praktik yang digunakan.

Dalam kegiatan praktisnya, psikolog klinis lebih sedikit mirip psikolog pada umumnya dari pada pendeta atau manager persoalia atau dokter. Yang sama diantara mereka adalah evaluasi individu pada waktu dan pada perangkat lingkungan tertentu. Tugas utamanya adalah memahami individu secara lebih mendalam sebagai landasan untuk penanganan berikut keperluan tertentu yang telah dirancang.

Oleh karena psikologi klinis tidak mempunyai pendidikan dasar kedokteran, maka hak seorang psikolog klinis untuk memberikan psikoterapi sekiar tahun 1950-1980 seringkali dipermasalahkan. Istilah psikoterapi hanya dapat dilakukan oleh psikiaer. Ada pendidikan fomal yang biasanya dilakukan di universitas untuk tujuan memperoleh gelar, dan ada pendidikanpreaktik yang dilakukan dalam nstitusi untuk menujang ketrampilan-ketrampilan khusus yang terkait dengan psikologi dan asrsmen psikologik. Untuk pendidikan praktik, yang berperan penting ialah organisasi profesi.

Yap Kie Hien (1968) mengemukakan beberapa istilah lain untuk “Psikologi klinis.” Istilah-istilah ini tidak sepenuhnya memeliki arti yang sama karena tiap istilahmewakili aliran berbeda-beda. Istilah-istilah tersebut adalah psikopatologi, psikologi abnormal, psikologi medis, pato psikologi dan psikologi mental health.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa psikologi klinis mencakup nasesmen, intervensi dan penelitian. Di luar negri kemantapan psikologi klinis sebagai suatu profesi dalam praktik psikologi klinis didukung oleh organisasi profesi psikologi klinis, diterbitkan jurnal yang memuat penelitian-penelitian psikologi klinis, didirikannya program study untuk psikologi klinis yang didukung organisasi profesi dan lain-lain.

Di Indonesia sendiri pendidikan psikologi dipelopri oleh Slamet Iman Santoso. Pendidikan ini diharapkan dapat membentuk suatu lembaga yang mampu menempatkan the right man in the right place, karena pada masa itu banyak kejadian di mana orang-orang yang kurang kompeten menduduki posisi penting sehingga membuat keputusan yang salah

Awal dari pendiodikan psikologi dilakukan di lembaga psikoteknik yang dipimpin oleh Teutelink yang kemudian menjadi program stiudy psikologi yang pernah bernaung di bawah brbagai fakultas di lingkungan Universitas Indonesia. Di Jakarta, mata kuliah filsafat dinaungi fakultas sastra; mata kulah statistik oleh fakultas ekonomi, dan mata kuliah faat oleh fakultas kedokteran.

Program studi psikologi kemudian pada tahun 1956-1960 menjadi jurusan psikologi pada fakultas kedokteran UI. Pada tahun 1960 psikologi menjadi fakultas yang berdiri sendiri di UI (Somadikarta et. Al. 2000). Kurikulum dan pelaksanaan program study psikologi dimulai sebelum tahun 1960, dibina oleh para pakar yang mendapat pendidikan Doktor (S3) dan Doploma dari negeri Belanda dan Jerman. Liepokliem mendirikan bagian klinis dan psikoterapi bertempat di barak I RSUP (RSCM). Yap Kie Hien mendirikan bagian psikologi eksperimen di salemba. Myra Sidharta mendirikan klinik bimbingan anak. Koestoer dan Moelyono memimpin agian psikologi kejuruan dan perusahaan (sekarang psikologi industri dan organisasi) kemudian diperkuat oleh A.S.Munandar. bagian posikologi sosial dirintis oleh Marat kemudian dipimpin oleh Z.Joesoef. setelah kepergian Liepokliem ke Australia, bagian psikologi klinis dan psikoterapi berganti nama menjadi bagian psikologi klinis dan konseling dipimpin oleh Yap Kie Hien (1960-1969). Namun dengan adanya pengertian yang luas tentang psikologi klinis, maka nama bagian psikologi klinis-konseling berganti lagi menjadi bagian psikologi klinis.

Sejak tahun 1992, pendidikan akademik dan pendidikan profesi psikolog dipisahkan untuk memungkinkan sarjana psikologi meneruskan ke bidang lain yang mereka minati. Sebelumnya, sarjana psikologi adalah juga psikolog karena pendidikan praktik digabungkan pendidikan akademik. Sejak tahun 20200, suatu forum menyepakati bahwa prasyarat bagi pendidikan profesi psikolog – agar dapat melakukan praktik psikologi – adalah tingkat S2, namun hal itu baru diberlakukan di UI saja. Forum ini terdiri dari dekan-dekan Fakultas Psikologi – yang kini mencapai 20 Fakultas Psikologi negeri dan swasta – dan organisasi Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).

Sejak 1994, psikolog yang berpraktik – artinya memberikan konsultasi psikologi, melakukan asesmen atau psikodiagnostik, dan melakukan konseling dan terapi – diwajibkan memiliki Izin Praktik Psikolog. Izin ini diperoleh setelah mereka memperoleh rekomendasi dari oeganisasi profesi – dulu Ikatan Sarjana Psikologi, sekarang Himpsi. Izin diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja (1994-2000) dan rencananya akan dikeluarkan oleh Himpsi sendiri.

Di Indonesia pendidikan profesi spesialis psikologi klinis secara formal belum diadakan, padahal sebenarnya sudah cukup banyak pakar yang berpengalaman di berbagai bidang psikologi klinis seperti terapi tingkahlaku, family therapy, counseling. Upaya untuk membuka jalur pendidikan spesialistik-profesional semestinya didukung oleh organisasi profesi (ISPSI/HIMPSI) karena pihak pemerintah – yakni Direktorat Pendidikan Tinggi Dep. Pendidikan Naisonal – lebih mengutamakan pendidikan akademik S1, S2, dan S3.

Bab III

Kesimpulan

Dari perkembangan Psikologi di dunia dan kemudian pendapat-pendapat ahli tentang psikologi,dan kemudian tentang perkembangan Psikologi Klinis di Indonesia. Dapat diambil garis besar tentang pengertian Psikologi Klinis. Psikologi Klinis adalah salah satu bidang psikologi terapan selain Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri, dan lain-lain. Psikologi Klinis menggunakan konsep-konsep psikologi abnormal, psikologi perkembangan, psikopatologi dan psikologi kepribadian, serta prinsip-prinsip dalam assesment dan intervensi, untuk dapat memahami masalah-masalah psikologis, gangguan penyesuaian diri dan tingkah laku anormal.

Kemudian tentang perkembangan psikologi klinis di Indonesia sendiri disimpulkan bahwa perkembangan Psikologi Klinis di Indonesia masih dalam tahap pengembangan dan dapat juga dikatakan masih terpuruk dan belum maju. Hal ini dapat diketahui bahwa di Indonesia pendidikan profesi spesialis psikologi klinis secara formal belum diadakan, padahal sebenarnya sudah cukup banyak pakar yang berpengalaman di berbagai bidang psikologi klinis seperti terapi tingkahlaku, family therapy, counseling.

Hal-hal yang perlu digaris bawahi bahwa jika kita ingin mengembangkan Psikologi Klinis haruslah Upaya untuk membuka jalur pendidikan spesialistik-profesional semestinya didukung oleh organisasi profesi (ISPSI/HIMPSI) karena pihak pemerintah – yakni Direktorat Pendidikan Tinggi Dep. Pendidikan Naisonal – lebih mengutamakan pendidikan akademik S1, S2, dan S3. Dan dukungan tersebut haruslah lebih dapat disosialisasikan untuk dapat menarik minal para sarjana psikolog untuk melanjutkan ke bidang Psikologi klinis.

BAB XI

DAFTAR PUSTAKA

Wiramihardja,Prof.Dr.Sutardjo S.(2004).Psikologi “Pengantar Psikologi Klinis”.Refika aditama : Bandung

Slamet, Suprapti I.S-Sumarmo Markam. (2003). Pengantar Psikologi Klinis. UI Press : Jakarta

Artikel Terkait

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KLINIS DI INDONESIA
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Dapatkan desain eksklusif gretis via email

5 comments

Anonymous
November 8, 2008 at 7:28 AM delete

tulisan kamu masuk akal, tapi barangkali ada yang belum kamu ketahui kalau sekarang banyak program lanjutan,program profesi jenjang magister (disebutnya S2 profesi) dengan peminatan khusus (mayor)psikologi klinis.beberapa universitas,misalnya UI,jurusan psi klinis terbagi menjadi dua, klinis anak (disebutnya perkembangan) dan klinis dewasa. Ada pula universitas yang menggabungkan antara klinis anak dan dewasa dalam satu bidang (jadi life span gitu lah. Peminatan khusus psi klinis sekarang justru sedang populer diambil oleh mahasiswa yang ingin melanjutkan S2 profesi. Lulusan psi klinis sekarang statusnya lebih elit dibanding jurusan PIO atau pendidikan, karena...perjuangan untuk lulus lebih berat...referensinya agak langka dan umumnya text english,blm lg prakteknya,laporannya,....

Reply
avatar
Anonymous
October 27, 2011 at 9:05 PM delete

Tolong diinformasikan apakah boleh mengambil gelar master psikologi klinis dari latar belakang sarjana non psikologi, misalnya saya, sarjana filsafat apakah bisa langsung s2 psikologi entah di indonesia atau di luar negeri. terima kasih sebelumya atas bantuannya.

Reply
avatar
Anonymous
January 12, 2012 at 12:08 AM delete

sangat menarik....

Reply
avatar