Thursday, November 6, 2008

Pendidikan di Indonesia

A. PENTINGNYA PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan aspek utama dalam kehidupan.Tujuan pokok untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebagai pembimbing dalam berjalan menghadapi rona warna-warni kehidupan. Pendidikan salah satu sumber pencerahan pada manusia, untuk mengetahui segala sesuatu dengan semestinya. Mulai anak lahir pendidikan harus diberikan demi terbentuknya perkembangan jiwa anak. Pendidikan merupakan dasar pembentuk kepribadian. Pendidikan yang benar membawa pada perwujudan seorang manusia yang dapat memahami makna kehidupan dengan tidak menjadi seorang penindas atau sebagai parasit dalam kehidupannya terhadap manusia lain maupun pada alam sekitar.

Pendidikan tidak hanya sebatas pada sekolahan, pondok, madrasah, akademi dan universitas, tapi mencakup pada alam dimana kita tinggal sekarang ini yaitu dunia. Demikian pula pendidik, dia tidak hanya guru, ustad maupun dosen, tapi meluas pada seluruh makhluk ciptaan-Nya. Baik makhluk hidup maupun benda mati dimana semua hal tersebut bisa mnjadi pendidik.Bahkan pada segolongan kecil manusia pendidik sejati adalah Dia Yang Maha Mempunyai Ilmu. Yang beranggapan hanya dari Dia segala sesuatu datang dan tercipta.

Pendidikan luas area jelajahnya dari ilmu pengetahuan dan tekhnologi hingga ilmu agama. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi ini sebagai pembentuk pola perkembangan peradapan manusia menuju tingkat yang lebih maju dan moderen. Sedangkan ilmu agama merupakan penerang manusia dalam menelusuri dan menapaki jalan kehidupan ini. Walaupun, ada golongan atheis beranggapan bahwa agama merupakan benalu kehidupan, atau sebagai sumber kejumudan dan kemrosotan pola pikir manusia dalam perkembangan kehidupannya.Tentu saja hal ini sangat jauh berbeda bagi seorang agamawan ataupun seorang yang percaya pada Pencipta bahwa ilmu agama merupakan pokok ilmu, karena Iptek harus punya landasan ilmu agama sebagai suatu fondasi pengetahuan. Dimana pendidikan atas ilmu ini harus dapat dipertanggung jawabkan dan dapat membawa manusia dalam kesejahteraan hidupnya yang orientasinya tak hanya dunia tapi juga akherat.

Di dunia membawa pada terciptanya berbagai peradapan tekhnologi yang sangat bermanfaat dalam menopang dan memberi berbagai kemudahan dalam hidup. Akherat orientasi seorang religius untuk bisa diterima segala amal perbuatannya di hadapan sang Pencipta.

B. ASPEK DALAM PENDIDIKAN

Pada bab ini akan dibicarakan berbagai aspek pendidikan secara formal dan social dalam kehidupan. Dalam prosesnya pendidikan tidak lepas dari dua aspek dasar yaitu pendidik dan peserta didik atau yang di didik. Dua aspek ini merupakan bagian dari lima factor dalam pendidikan yang tiga factor lainnya yaitu, tujuan, alat dan lingkungan.

Manusia merupakan obyek sekaligus subyek dalam pendidikan. Dalam keluarga sebagai dasar dalam pendidikan, yaitu pendidik pertama dalam pertumbuhan anak yang sangat berkepentingan menuju terbentuknya seorang manusia yang bisa diterima lingkungan kehidupannya. Dari sini jiwa seorang anak akan terbentuk alur yang mana dalam perkembangannya nanti dapat diisi dengan watak dan kepribadian tersendiri dari hasil respon seorang anak terhadap didikan oleh keluarganya. Tentu saja factor lingkungan sangat berpengaruh.

Jenjang berikutnya yaitu, pendidikan formal di sekolah, madrasah, pondok atau lembaga pendidikan lainya yang orientasinya pada system pengajaran dengan proses belajar mengajar.

Dalam kehidupan bernegara pendidikan sangat penting, karena laju kehidupan bangsa bergantung pada generasi berikutnya yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan. Generasi yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan menguasai ilmu pengetahuan mendalam akan dapat membawa rakyat dalam kehidupan bernegara pada taraf hidup yang lebih baik sesuai perkembangan jaman. Proses jalanya system pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh Negara. Dalam hal ini Negara berkepentingan mewujudkan pendidikan yang merata pada seluruh lapisan masyarakatnya. Peran Negara selanjutnya menciptakan proses kegiatan belajar mengajar tersebut secara berkesinambungan dan terus menerus agar seluruh masyarakat dapat mengenyam pendidikan formal. Dengan taraf pendidikan yang baik pada masyarakatnya dapat membawa kehidupan bernegara yang lebih baik, lebih kondusif dan laju pertumbuhan perekonomian dan pembangunan diseluruh sector kehidupan pesat.

Perwujudan system pendidikan oleh pemerintah harus ditopang dengan berbagai alat, metode dan media pengajaran yang selalu berevolusi mengikuti perkembangan jaman. Dan juga harus jelas kemana pendidikan diarahkan hal ini menunjuk pada kejelasan tujuan pendidikan. Faktor pendidik haruslah disediakan dan disiapkan penyelenggara Negara dengan seleksi kelayakan sebagai pengajar. Karena guru merupakan penunjuk bagi peserta didik terhadap ilmu yang disampaikan, sehingga transfer ilmu ini dapat berjalan dengan benar dan mempunyai hasil yang benar pula.

Usaha transfer ilmu atau pengajaran ini membutuhkan alat untuk membantu system penyampaian ilmu demi tercapainya tujuan pendidikan secara jelas dibutuhkan. Alat bantu ini dapat berupa benda, tindakan / perbuatan, situasi, materi pendidikan dan metode ajar. Alat-alat ini menunjang perbaikan mutu pendidikan.

C. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Negara sebagai penyelenggara pendidikan bagi seluruh rakyatnya berkewajiban untuk dapat memberikan yang terbaik demi kelangsungan hidup Negara. Dalam pelaksanaannya pendidikan oleh Negara yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Haruslah semua hal tersebut terwujud dengan perhatian yang besar atas pelaksanaan pendidikan. Perhatian ini ditujukan pada seluruh aspek proses kegiatan belajar mengajar disekolah-sekolah.

Dewasa ini isi tujuan penyelenggaraan pendidikan menurut undang – undang system pendidikan nasional (sisdiknas) yaitu, UU No. 21 Tahun 2003 seperti yang tersebut diatas masih jauh dari terwujud. Kurang profesionalisme dari tenaga pendidik akibat rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) dalam masyarakat merupakan salah satu factor kegiatan belajar mengajar disekolah tidak memperoleh hasil yang optimal. Kurangnya kesadaran dari tenaga pendidik sebagai seorang yang berkedudukan sebagai pengajar masyarakat merupakan factor dimana ilmu yang disampaikan tidak bisa diterima dengan baik sebagaimana mestinya. Demikian pula kurang kompetennya dalam mengajar, dimana seorang pendidik harus mempunyai kompetensi pendidik yang harus jadi pegangan dalam mengajar agar dalam mengajar tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan.

Selanjutnya tak kalah penting adalah peserta didik, ilmu dapat tersalur dengan baik bila siswa sebagai peserta didik, punya kemauan yang keras untuk mendapat ilmu pengetahuan. Kepatuhan pada guru dan aturan sekolah merupakan bagian dari belajar. Dari tingkat pendidikan dasar, kepatuhan merupakan pembentuk watak anak didik sebagai proses pendisiplinan belajar. Dengan dasar disiplin yang kuat dari peserta didik dalam kegiatan belajar, baik dikelas maupun diluar kelas merupakan aspek pendukung terciptanya generasi yang berilmu.

Pelaksanaan pendidikan yang merujuk pada kurikulum yang telah dirancang oleh Negara dilaksanakan secara konsisten. Dan pemerintah selalu mengadakan revisi-revisi kurikulum agar selalu mengikuti perkembangan jaman. Dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sangat pesat seiring majunya peradapan.

Pengelolaan system pendidikan nasional ini dapat mencapai hasil yang optimal dengan evaluasi sistem yang terarah dan terus-menerus. Keahlian pendidik yang professional dalam kerjannya merupakan penentu kedua keberhasilan sisdiknas dalam penerapannya, yang mana tenaga pendidik ini merupakan sarjana atau magister yang mengajar pada bidang yang ditekuninya selama studi. Penentu berikutnya terletak pada moral pelaksanaan, dimana proses dalam menjalankan dan menerapkan system yang telah dirancang pemerintah ini betul-betul komitmen dan tanggung jawab terhadap proses kemajuan pendidikan masyarakat, bukan semata-mata tugas atau hanya sebatas menjalankan perintah atasan. Dengan profesionalisme tenaga didik dan dinas pendidikan mengelola lembaga pendidikannya masing-masing kemajuan pendidikan dapat tercapai.

D. DINAMIKA KEPENDIDIKAN

Pendidikan di Indonesia telah mengalami peningkatan dalam pemerataan bagi rakyatnya. Hal ini terlihat makin sedikitnya kaum buta huruf dalam masyarakat, karena pada umumnya kaum buta huruf merupakan rakyat generasi perjuangan kemerdekaan dan masyarakat pedalaman yang belum terjangkau ilmu pengetahuan dan peradapan moderen. Dan generasi sekarang umumnya telah kenal baca tulis. Sedangkan peradapan moderenpun telah menyentuh kaum pedalaman, meskipun ada sebagian suku dipedalaman hutan Kalimantan maupun Irian Jaya masih ada yang belum terbuka terhadap dunia luar.

Sekarang orientasi pendidikan tidak hanya sebatas pemberantasan buta huruf, tapi melangkah ke jenjang selanjutnya. Orientasi pemberantasan buta huruf merupakan agenda dasar pemerintah untuk memeratakan pendidikan kemasyarakat. Langkah selanjutnya bagaimana menghasilkan masyarakat yang mempunyai pengetahuan yang bermanfaat untuk masyarakat lainnya. Tugas ini sangat berat dan harus jadi kajian utama pemerintah karena generasi berpendidikan sangat dibutuhkan dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini. Kehidupan dan kemakmuran bangsa berada ditangan pemimpin dan pengatur jalanya roda pemerintahan yang harus mempunyai pengetahuan untuk memakmurkan rakyat yang dipimpinnya. Pengetahuan ini tidak hanya sebatas ilmu eksakta tapi mencakup pula pengetahuan moral. Pengetahuan moralitas sangat diperlukan dalam kehidupan bernegara, terlebih bagi aparatur dan pejabat Negara sebagai pemegang dan penjalan tampuk pemerintahan. Agar dalam menjalankan roda pemerintahan tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan yang pada akhirnya akan merugikan rakyat yang dipimpinnya.

Pendidikan moral ini harus sejak dini ditanamkan agar dalam perkembangan jiwa anak menuju pertumbuhan kedewasaannya diiringi dengan sifat moral yang baik, terutama moral keagamaan dalam hidup bersama orang lain. Sehingga kelak saat menjabat sebagai pemegang kekuasaan atau sebagai pemimpin, norma agama sebagai penunjuk moralitas dapat menjadi rambu kala akan menggunakan kekuasaanya untuk menindas orang lain atau untuk menyalahgunakan kekuasaanya demi kepentingan pribadi.

Pendidikan ini merupakan pendidikan akhlak yang terpuji. Tindakan moral yang mendukung kehidupan lain. Dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi diimbangi pendidikan moral, etika keagamaan dapat mewujudkan masyarakat yang saling memahami masyarakat lainnya. Demikian dapat menciptakan suatu peradaban hidup bersama yang dapat meningkatkan kesejahteraan dalam kebersamaan hidup. Majunya ilmu pengetahuan sebagai penopang hidup merupakan alat menuju kemajuan pola pikir dan pandangan akan masa depan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pendidikan moral ini dalam kurikulum hanya sebagai bahan pelajaran yang harus disampaikan oleh seorang tenaga pengajar. Hanya sebagaian kecil dari instnsi kependidikan yang menyertakan pendidikan moral secara sungguh-sungguh dapat diwujudkan dalam kehidupan. Karena jika sebagian besar masyarakat yang mengenyam pendidikan mendapatkan ajaran moral yang benar, kehidupan bersama di Indonesia akan menjunjung tinggi rasa kebersamaan. Fakta dilapangan moral rakyat Indonesia sudah jauh dari tuntunan yang seharusnya. Rasa hidup kebersamaan dikota-kota besar sudah jarang terejawantahkan dalam keseharian bermasyarakat.

Dewasa ini mutu pendidikan Negara kita Indonesia mulai tak dapat dibanggakan, bahkan mulai banyak dipertanyakan. Banyaknya sarjana nganggur merupakan pandangan nyata dalam masyarakat kita. Betapa lulusan pendidikan tinggi dewasa ini tak dapat menjawab permasalahan pekerjaan yang makin marak dalam masyarakat. Jika seorang sarjana sudah banyak yang nganggur, betapa banyak lagi pengangguran dari lulusan sekolah-sekolah yang tak dapat melanjutkan studinya ke jenjang perkuliahan.

Seorang sarjana yang seharusnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri harus nganggur dan kebingungan mencari pekerjaan. Kenapa hal ini bisa terjadi? Apakah ada masalah dalam pendidikannya? Apakah ada masalah dengan orangnya? Semua pertanyaan ini selalu melingkar mengitari seorang sarjana yang tak dapat kerja. Hal ini terjadi karena banyak factor yang mempengaruhi, yang mana kita tak dapat hanya menyalahkan sarjana tersebut karena mungkin kuliahnya hanya sebatas ingin memperoleh title. Kita harus merenggangkan pandangan lebih luas, dalam dan jauh kedalam system, struktur dan proses kependidikannya. Mulai dari dasar dimana ia pertama mengenyam pendidikan.

Bagaimana pendidikan keluargannya, apakah keluarganya ada mempunyai perhatian pendidikan terhadap perkembangan anak-anaknya atau tidak. Bagaimana antusiasisme keluargannya dalam mengawasi anak-anaknya dalam pendidikanya disekolah dan saat pergaulannya diluar sekolah. Pendidikan moral yang bagaimana yang telah diberikan terhadapnya selama dalam asuhan keluarganya. Semua hal ini berpengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan watak, kepribadian dan pola pikir pertumbuhan anak dalam proses penyerapan ilmu disekolah

E. PENDIDIKAN YANG MENINDAS

.

Sistem pendidikan nasional yang seharusnya sebagai wadah pengatur keberhasilan pendidikan seorang peserta didik dan sebagai wahana untuk mencerdaskan rakyat dalam hidup berbangsa, dewasa ini dalam penerapan menimbulkan banyak masalah. Bahkan pendidikan formal sekolah di Indonesia merupakan bentuk penindasan bagi masyarakat. Betapa tidak sekolahan umum pemerintah yang seharusnya sebagai wadah dan jalan masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan menimbulkan berbagai kendala kependidikan dan berubah fungsi sebagai badan penindasan terselubung maupun terang-terangan.

Hal ini dapat dilihat dengan adanya sekolah yang dikatakan masyarakat sebagai sekolah ‘favorit’, tetapi hanya golongan tertentu yang dapat mengenyam pendidikan ditempat ini. Kenapa, karena sekolah ditempat ini membutuhkan biaya masuk besar dan pengeluaran untuk bulananpun besar. Bagi golongan masyarakat menengah keatas tidak menjadi soal, tetapi bagi rakyat biasa golongan menengah kebawah, yang umumnya membutuhkan pendidikan yang sangat, harus kerepotan membiayai anak-anak mereka.

Dan sekolah-sekolah seperti Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sekarang telah mendapat sibsidi pendidikan oleh pemerintah lewat dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) dengan bebasnya biaya bulanan sekolah, tetap saja biaya lain besar dan menjadi beban tersendiri . Bahkan program dana BOS baru-baru ini yang telah dicanangkan oleh pemerintah SBY-JK sebagai bentuk perhatian terhadap perkembangan pendidikan yang lebih dibanding dalam masa orde lama yang kurang mendapat perhatian, dalam masa orde baru hanya sebatas program yang tak terlaksana dan kemudian diteruskan masa orde reformasi suhu pendidikan masih tetap ajeg, berkembang menimbulkan problem baru. Jika biaya tersebut sebagai pengganti SPP bulanan siswa, sekolah dengan dalih mengejar mutu pendidikan, mengadakan sarana-prasarana demi kemajuan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan berbagai alasan lain berusaha menaikan biaya lain. Hal ini merupakan bentuk penindasan terhadap orang tua wali murid dengan membengkaknya biaya lain, bahkan pada sebagian kasus pembengkakan biaya ini sangat memberatkan.

Masalah biaya inilah yang menjadi pemicu terbesar munculnya anak – anak putus sekolah. Berikutnya anak putus sekolah ini pergaulannya menjadi lain karena sudah jauh dari lingkungan pendidikan. Pergaulan bebas diluar lingkungan pendidikan ini yang melukisi kepribadian anak ini dalam pertumbuhannya.

Penindasan lain lembaga pendidikan sekolah ini adalah seleksi penerimaan siswa baru, dimana sekolah mengemukakan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi calon siswa. Mulai dari prestasi hingga biaya masuk. Bagi calon peserta didik yang tak dapat masuk ini biasanya mengalihkan pendaftaran masuk ke sekolah – sekolah swasta, biasanya limpahan pendaftar dari sekolah pemerintah ini diterima oleh sekolah – sekolah swasta. Dimana sekolah – sekolah ini menjadi alternative akhir pendaftar.Sekolah swasta yang mana anggaran pembelanjaan sekolahnya merupakan dana dari orang tua wali murid dan yayasan pendiri sekolah mematok biaya pendidikan yang besar. Hal ini merupakan penindasan tersendiri.

Penerapan Sisdiknas terhadap sekolah – sekolah pemerintah menimbulkan berbagai bentuk penindasan terhadap peserta didik. Kebijakan Depdiknas yang sentralik menghasilkan bentuk pendidikan yang diwarnai dengan penyeragaman, penyeragaman ini mulai dari pakaian, topi, sepatu, buku pelajaran, kurikulum dan metode pengajaran hingga pada penyeragaman pola pikir siswa. Hasil dari penyeragaman ini dalam jangka waktu kedepan menghasilkan pemikiran atas siswa – siswa yang merugikan. Dan hal ini merupakan penyelewengan dari tujuan pendidikan nasional sendiri, dimana ke kreatifan siswa diharapkan tercipta. Kekreatifan ini menjadi terkekang dengan penyeragaman – penyeragaman dan aturan – aturan yang membatasi aktivitas siswa.

Sistem dan metode pengajaran oleh tenaga pengajar baik didalam maupun diluar sekolah hanya menggambarkan watak bercerita ( narrative ) yang mendasar didalamnya. Hubungan ini melibatkan pendidik sebagai subyek yang bercerita dan peserta didik sebagai obyek yang mendengar dan mematuhi. Isi pelajaran yang diceritakan, baik yang menyangkut nilai-nilai maupun segi – segi empiris dari realitas, dalam proses cerita cenderung menjadi kaku dan tidak hidup. Pendidikan ini menderita penyakit cerita.

Pendidik menyampaikan pengajaran tentang realitas seolah-olah sesuatu yang takbergerak, statis, terpisah satu sama lain dan dapat diramalkan.

Artikel Terkait

Pendidikan di Indonesia
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Dapatkan desain eksklusif gretis via email