Hanya ada satu bahasa yang tak memerlukan terjemahan: musik! Musik adalah bahasa nurani yang menghubungkan pemahaman dan pengertian antarmanusia di sudut-sudut ruang dan waktu, di mana pun kita berada: "Without music, life would be an error," kata Nietzsche. Pujangga besar Jerman itu benar. Tapi error itu kini terjadi di mana-mana, justru ketika sebagian dari padanya, musik itu sendiri telah menjadi error. Kenyataan ini menunjukkan betapa erat dan lekatnya hubungan antara esensi musik dan sifat-sifat kemanusiaan dalam konteks humanitarian.
Musik adalah permainan waktu, dengan mengadopsi bunyi sebagai materi utama. Dengan begitu, musik adalah permainan waktu bersama bunyi. Dalam musik, waktu adalah ruang -- bunyi adalah substansi. Di dalam ruang waktu itulah bunyi bergerak, abadi dalam keberadaannya.
Prinsip utama musik adalah menciptakan celah-waktu, untuk membangun momen musikal bagi ”nasib” bunyi. Di tengah alam, ”nasib” ini seperti jatuhnya embun di atas daun, atau seperti menetesnya hujan dari atap bocor ke dalam ember.
Maka, secara konsepsional, musik adalah komposisi kontekstual berbagai momen musikal. Pemikiran atau pengolahan pemahaman tentang celah waktu -- dan saat bunyi dipermainkan inilah -- yang kemudian dikenal sebagai seni musik.
Dan karena tak ada satu bangsa pun di muka bumi yang tak mengenal permainan bunyi, maka tak ada satu bangsa pun yang tak mengenal seni musik. Setiap bangsa -- secara alamiah maupun dalam proses kebudayaannya, meski di sana-sini memiliki perbedaan cara bermain -- pada dasarnya sama menghargai kemampuan merekayasa bunyi.
Di dalam kebudayaan yang ”maju”, secara umum berkembanglah pemahaman ilmiah, bahwa musik adalah rekayasa komposisi bunyi. Dengan berbagai aturan di dalamnya: adanya bentuk (form), kerangka dasar (struktur), nada-nada dengan parameter kepastian tinggi-rendah suara atau sound pitch yang selalu dapat diulang dan dipindahsuarakan (transposisi) dalam ketepatan ukuran yang sama, ritme (irama), melodi (lagu), dan organisasi suara-suara nada (harmoni) dalam berbagai suasana dan watak bunyi) ( Hardjana, 2003).
Pengertian ini mengalami penerjemahan seiring persepsi budaya, politik, ideologi, agama, sampai acuan pandangan tentang tingkat prestasi peradaban dan kebudayaan suatu masyarakat, yang dalam keseharian berlainan tolok-ukurnya. Pengertian umum musik pun tidak lagi netral, tapi mengalami subyektivikasi, akibat rengkuhan berbagai pihak secara ideologis. Musik menjadi: klasik, jazz, blues, rock, pop, keroncong, dangdut, country, rap, R & B, gamelan Jawa, Minang, Bali, dangdut, campursari, dll.
Fenomena bermusik menyempit menjadi beragam genre bunyi-bunyian, yang sebagian mengutamakan komposisi nada, atau irama, atau melodi, atau organisasi harmoni bunyi yang khas. Yang semakin lama, dirasakan sebagai ”kendali” oleh para kreator musik yang merindukan kebebasan berekspresi. Maka, pengertian musik kembali ditinjau, seiring membesarnya hasrat mengembangkannya.
Di antaranya, pemahaman musik dikontraskan dengan pengertian ”bukan-musik”. ”Bukan-musik” adalah sembarang bunyi pada dirinya sendiri, misalnya: balon pecah, derit ban, teriakan anak, letusan pistol, keriuhan klakson, suara cempreng dinding seng dipukul, hingga auman dan gonggongan anjing saling menyalak di suatu pagi yang pikuk, dll. Sebagai bunyi, suara-suara ini muncul dan menyerbu pendengaran sebagai kenyataan pada dirinya sendiri.
Sementara sebagai musik, bunyi-bunyian telah menjadi kenyataan di luar dirinya, dalam sebuah komposisi nada yang sengaja ditata seorang komponis. Karenanya, pada musik tidak lagi ada bunyi pada dirinya sendiri, bunyi kebetulan, atau bunyi yang muncul dari ketidaksengajaan. Melainkan, semuanya berlangsung sebagai rekayasa rangkaian bunyi, dalam tangkapan irama, nada, tempo, dll., yang sudah ditentukan.
Dalam tataran ”klasik”, aturan musik di atas lebih mudah dikenali, karena pengenalan akan musik ditautkan langsung dengan (perpaduan) berbagai instrumen yang diterima secara universal sebagai penghasilnya: piano, gitar, trompet, saksofon, bas, biola, dll. Namun pengertian norma musik ”klasik” ini kemudian dianggap terlalu ”Barat”. ”Barat” dimaknai tidak saja secara geografis (baca: Eropa), melainkan juga kebudayaan dan peradaban keseharian masyarakat pengguna musik itu secara hirarkhis dan fungsional.
Maka, kebudayaan dan peradaban di luar ”Barat” kemudian mencari peluang melakukan pemaknaan musik secara lebih luas. Aturan musik tidak lagi diterima semata-mata sebagai komposisi bunyi, yang dihasilkan instrumen musik yang lazim, hasil budaya ”Barat” tersebut. Sebab, musik dan aturannya bisa saja diserap dari berbagai anasir kehidupan, di mana dan kapan saja, yang dapat menghasilkan ragam musik tersendiri; dan tentu saja, tidak harus ”Barat”.
Inilah masanya bagi kebangkitan musik etnik di berbagai penjuru dunia selain "Barat". Beragam rangkaian komposisi bunyi yang juga dihasilkan berbagai instrumen musik yang khas dan kaya. Musik etnik ini selanjutnya mendapatkan sambutan luar biasa sebagai kekayaan budaya. Peluang pengembangannya pun semakin terbuka. Berbagai "bunyi" keseharian kemudian ikut diperhitungkan sebagai unsur pemerkaya musik.
Misalnya: keheningan khas ditingkahi bunyi alat ronda tengah malam. Suara gelas pecah di restoran siang hari. Bunyi khas bedug sebelum azan. Keunikan suara seruling bambu si gembala senja hari. Peluit kereta api di kejauhan. Lenguh kerbau di tengah sawah. Ditambah berbagai bunyi-bunyian dari alat, atau benda-benda (dan berbagai makhluk) lainnya, yang dapat menghasilkan bunyi di luar instrumen ”Barat”.Semua ini, sebagai rangkaian bunyi yang dinamis, semakin memperoleh eksistensinya sebagai anasir musik yang dapat diolah secara individual dan kolektif. Oleh para pelakon dan penikmatnya, karya seperti ini dinamai: musik eksperimental kontemporer.
2 comments
Artikel di blog ini sangat bagus dan berguna bagi para pembaca. Agar lebih populer, Anda bisa mempromosikan artikel Anda di infoGue.com yang akan berguna bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!
Replyhttp://www.infogue.com
http://musik.infogue.com/orchestra
trimaksih,,
Replysalam