Menurut dr. Probosuseno dari Subbagian Geriatri/SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Sardjito/FK UGM, roboh (fall) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada lanjut usia (lansia). Biasanya lansia yang roboh itu terjerembab (tergeletak di tanah atau pada tingkat yang lebih rendah) secara tidak disengaja.
Survei komunitas melaporkan, sekitar 30 persen lansia di atas 65 tahun pernah mengalami roboh setiap tahunnya dan separuhnya pernah roboh lebih dari sekali. Bahkan pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50 persen pernah mengalami roboh. ''Walaupun tidak semua kejadian roboh mengakibatkan luka atau memerlukan perawatan, tetapi kejadian luka akibat roboh pun juga meningkat terutama pada usia di atas 85 tahun,'' ungkapnya.
Pada lansia yang roboh, sekitar lima persennya mengalami patah tulang, sekitar satu persen patah tulang paha, dan 5-11 persen mengalami luka berat. Luka merupakan penyebab kematian nomor lima pada lansia dan sebagian besar luka akibat roboh. Di Amerika Serikat roboh merupakan penyebab kematian lansia kedua di tahun 1994. Kematian akibat roboh pada populasi lansia sekitar 75 persen, sedangkan pada populasi umum sebesar 12 persen.
Berbagai faktor risiko roboh pada lansia:
- | Faktor host (diri lansia).
|
- | Faktor aktivitas
|
- | Faktor Lingkungan
|
- | Faktor obat-obatan
|
Upaya pencegahan
Mencegah roboh pada lansia ada beberapa hal antara lain:
- | mengindentifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan, |
- | Anggota keluarga dianjurkan agar mengunjungi penderita secara rutin, mengamati kemampuan dan keseimbangan jalan, berjalan bersama, dan membantu stabilitas. |
- | Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya pindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketinggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga). |
- | Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru. Jika keadaan lemah atau lemas tunda kegiatan jalan sampai kondisi memungkinkan. Pelan-pelan jika merubah posisi. Jika perlu pakai kaos kaki. |
Selanjutnya Probo menjelaskan, terapi untuk roboh atau luka akibat roboh sama seperti perawatan luka pada umumnya. Hindari immobilisasi, saat akut obat-obatan dikurangi, pasien tidak aktif, disediakan pembantu, dan jika diperlukan physical therapist. Gangguan psikologis dan fungsional akibat roboh (seperti rasa takut roboh, penurunan aktivitas, penurunan percaya diri) lebih sulit diterapi.
Asesmen dan program rehabilitasi multidisipliner dapat memperbaiki rasa percaya diri penderita untuk mencapai aktivitas harian yang lebih baik. Di samping itu juga mengurangi rasa takut roboh dan meningkatkan aktivitas harian sampai mencapai level normal dan mengurangi faktor risiko secara aktif untuk mencegah trauma ulang. Keberhasilan penyembuhan berhubungan dengan dukungan sosial.