Sunday, June 7, 2009

GENDER DALAM KOMUNIKASI NON-VERBAL: HAPTIK, KINESIK, DAN PROKSEMIK

Komunikasi nonverbal terdiri atas semua unsur komunikasi, kecuali kata-kata, meliputi simbol, atau tanda-tanda visual (gesture atau gerakan, keragaan), features vocal (intonasi, volume serta tinggi rendahnya suara), serta faktor-faktor lingkungan (seperti penggunaan ruang/spatial dan posisi) yang mempengaruhi makna komunikasi. Seperti halnya bahasa, komunikasi nonverbal dipelajari melalui interaksi dengan yang lainnya, merefleksikan dan memperkuat pandangan-pandangan sosial tentang gender serta mendorong orang-orang untuk menyatakan mereka sendiri ke dalam gaya feminin dan maskulin. Gender dilembagakan melalui “penggayaan” tubuh (Judith Butler dalam Wood, 2001). Sebagaimana bahasa, komunikasi nonverbal berhubungan dengan gender dan budaya, karena komunikasi nonverbal mengekspresikan tentang makna-makna budaya gender mereka melalui pembedaan dalam komunikasi nonverbal mereka.

Dalam budaya Sunda, pada dasarnya tidak terdapat pembedaan yang terlalu mecolok dalam hal komunikasi nonverbal dalam konteks gender. Adapun beberapa contoh komunikasi nonverbal dalam budaya Sunda antara lain sebagai berikut:

  1. Sentuhan (haptics)

Diasumsikan bahwa setiap rangsangan indera melalui kulit mengkomunikasikan makna. Makna yang diterima dari suatu sentuhan sangat bergantung tidak hanya pada sifat sentuhan, tetapi juga pada situasi dan hubungan antar individu.

Kebudayaan kita dilabeli sebagai kebudayaan nonkontak, yang mengindikasi bahwa kita cenderung menjadi sangat membatasi tentang siapa menyentuh siapa. Beberapa sentuhan dinilai terutama dalam hubungan dengan potensi yang menimbulkan gairah seksual.

Contoh bentuk komunikasi non-verbal yang berupa sentuhan dalam kebudayaan Sunda, antara lain:

· Setiap bertemu dengan orang yang lebih tua, terutama keluarga, biasanya orang yang lebih muda mencium tangan orang yang lebih tua sebagai ungkapan rasa hormat.

· Ketika bertemu dengan kerabat atau teman yang seusia, jika sesama jenis kelamin, biasanya berjabat tangan dan berpelukan atau mencium pipi kanan-kiri. Jika berlainan jenis kelamin, hanya berjabat tangan saja.

· Dalam hubungan suami dan istri, istri biasanya mencium tangan suaminya sebagai tanda hormat.

· Dalam upacara perkawinan, ada satu ritual injak telur yang dilakukan oleh suami, sang istri kemudian akan mencucikan kaki suaminya sebagai simbol pengabdiannya pada sang suami.

· Dalam hubungan orang tua dan anak, orang tua biasanya mencium kening anaknya setelah si anak mencium tangan orang tuanya, biasanya dilakukan ketika selesai sembahyang berjamaah atau ketika akan pergi meninggalkan rumah untuk beraktivitas.

  1. Proksimitas dan ruang/jarak pribadi (proximity and personal space)

Jarak merupakan cara yang paling utama melalui mana kebudayaan mengekspresikan nilai-nilai dan bentuk-bentuk pola interaksi. Dalam kebudayaan saya yaitu sunda, tidak ada aturan khusus dalam hal jarak dalam berkomunikasi dengan lawan bicara. Aturan jarak dalam berkomunikasi dengan lawan bicara, baik yang sesama jenis kelamin maupun berbeda jenis kelamin. Aturan yang digunakan dalam berkomunikasi basanya mengacu pada atuarn standar yang digunakan secara umum, tidak ada spesifikasi khusus.

  1. Kinesik (kinesics)

Terdapat beberapa jenis kinesik, antra lain:

(1) Ekspresi wajah

Ekspresi wajah dan kontak mata dianggap sebagai kunci penting dalam menentukan kepribadian dan kondisi emosi seseorang. Kita cenderung menentukan atau menduga perasaan atau emosi seseorang apakah dia senang, berbohong, berbicara benar, atau sedang frustasi dengan memperhatikan ekspresi wajahnya, termasuk dengan melihat matanya atau melalui kontak mata. Jika orang tua saya sudah memasang wajah cemberut, itu artinya mereka sedang marah. Ekspresi wajah yang sumeringah itu menandakan sedang senang atau bahagia.

(2) Kontak mata

Biasanya perilaku saling menatap ditemukan dalam interaksi sesama perempuan daripada antara sesama laki-laki. Informasi visual berperan secara sangat lebih nyata pada perempuan dalam kehidupan sosial mereka dibanding laki-laki, aktivitas visual perempuan lebih sensitif terhadap kondisi yang situasional dibanding laki-laki. Contoh kontak mata yang dilakukan, ketika bertamu ke rumah orang, ibu saya selalu mengajarkan agar saya harus berlaku sopan. Dengan tidak boleh mengambil makanan suguhan, kaki tidak boleh naik ke kursi, dan sebagainya. Apabila saya berlaku tidak sopan, maka ibu saya akan melototi saya, yang artinya “tidak boleh begitu”. Selain itu, apabila ada tamu ibu atau ayah saya yang datang ke rumah, saya tidak diperkenankan untuk menimbrung di ruang tamu. Apabila saya tetap berada di ruang tamu, maka ibu saya memelototi saya, yang artinya saya harus pergi dari ruang tamu dan tidak boleh menimbrung.

Artikel Terkait

GENDER DALAM KOMUNIKASI NON-VERBAL: HAPTIK, KINESIK, DAN PROKSEMIK
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Dapatkan desain eksklusif gretis via email