Tuesday, July 14, 2009

Efek Psikologis Pornografi










Benarkah pornografi punya efek psikologis negatif, khususnya mempengaruhi peningkatan perilaku seksual menyimpang dan kejahatan seksual? Jawaban yang mengiyakan tampaknya sudah jadi kepercayaan umum. Sejauh ini, kepercayaan itu belum punya bukti yang cukup secara ilmiah.

Hasil penelitian di beberapa negara justru menunjukkan bahwa kejahatan seksual menurun ketika pornografi dilegalkan. Penelitian yang dilakukan oleh Berl Kutchinsky (1970, 1999) terhadap beberapa negara seperti Denmark, Swedia, Jerman Barat, dan AS menunjukkan bahwa pada periode 1964-1984 ada korelasi negatif antara ketersediaan materi-materi pornografi dengan tingkat kejahatan pemerkosaan. Artinya, meningkatnya ketersediaan materi pornografi diikuti oleh penurunan tingkat kejahatan pemerkosaan. Penelitian itu juga menunjukkan adanya indikasi penurunan kejahatan seksual non-kekerasan dalam bentuk perilaku seksual menyimpang seiring dengan bertambahnya peredaran materi-materi pornografi di negara-negara itu. Penelitian lain yang dilakukan di Jepang menunjukkan adanya penurunan insiden pemerkosaan secara signifikan (Diamond & Uchiyama, 1999). Sebaliknya, belum ada penelitian yang menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi materi-materi pornografi dan tindak kejahatan seksual.

Riset-riset di bidang psikologi menunjukkan hasil yang tidak seragam. Beberapa riset mendukung pernyataan bahwa konsumsi terhadap materi pornografi dapat meningkatkan kejahatan seksual, sementara beberapa penelitian lainnya menunjukkan tidak adanya pengaruh, baik peningkatan maupun penurunan kecenderungan melakukan kejahatan seksual.

Dalam laporan studi yang berjudul Sexual Deviation as Conditioned Behavior, McGuire (1965) menulis bahwa seiring dengan semakin seringnya seorang laki-laki bermasturbasi sambil membayangkan fantasi seksual yang jelas (yang diperoleh dari pengalaman nyata atau materi pornografi), pengalaman yang mengandung kenikmatan semakin memaklumkan fantasi menyimpang (perkosaan, memaksa anak melakukan kegiatan seksual, melukai pasangan ketika berhubungan seksual, dsb) dengan disertai penambahan nilai erotik. Studi yang dilakukan Martino, Collins, Elliott, Strachman, Kanousie, dam Berry (2006) menemukan bahwa pornografi dan mendengarkan musik dengan lirik seksual yang merendahkan berhubungan dengan perluasan rentang aktivitas seksual di kalangan remaja.

Jika kita cermati, dapat dipahami bahwa dua studi yang mendukung pendapat tentang adanya pengaruh pornografi terhadap kecenderungan perilaku seksual dan fantasi menyimpang tersebut adalah studi korelasional yang tidak menguji efek langsung dari pornografi. Dari hubungan yang tak langsung itu tidak dapat disimpulkan adanya pengaruh atau hubungan sebab-akibat. Ini merupakan kritik yang banyak diajukan terhadap kajian pengaruh pornografi dengan teknik korelasional. Kritik seperti ini juga diajukan terhadap penelitian lain yang menyimpulkan adanya efek dari konsumsi materi pornografi dalam jangka panjang. Kita bisa temukan juga banyak studi lapangan dan riset korelasional yang menunjukkan tidak adanya hubungan pornografi dengan kejahatan dan perilaku seksual menyimpang (di antaranya Garcia, 1986; Langevin, et. al. 1988; Padgett, et. al., 1989; Baron, 1990; Gentry, 1991; Corne, 1992).

Riset-riset laboratorium yang dilakukan sejauh ini tidak mendukung pendapat yang menyatakan adanya pengaruh langsung dari pornografi terhadap perilaku seksual menyimpang dan kejahatan seksual. Sebagai contoh, riset eksperimental Malamuth dan Ceniti dalam Aggressive Behavior (1986, 12: 129- 137) yang mengkaji efek jangka panjang dari paparan berulang pornografi, dengan dan tanpa adegan kekerasan, pada perilaku agresi laki-laki terhadap perempuan, serta kemungkinan melakukan pemerkosaan, menunjukkan hasil negatif. Rangsangan-rangsangan berupa paparan pornografi dengan dan tanpa disertai kekerasan tidak mempengaruhi agresi. Meskipun kemungkinan melakukan pemerkosaan dapat dijadikan bahan untuk meramalkan adanya agresi, namun tidak ada hubungan langsung yang dapat ditemukan antara paparan pornografi dan kemungkinan melakukan pemerkosaan. Riset ini membantah anggapan umum bahwa ada pengaruh pornografi terhadap kecenderungan melakukan kejahatan seksual.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Fischer dan Greneir (1994) mengaji pengaruh paparan pornografi yang disertai kekerasan pada tindak agresi terhadap perempuan, fantasi, dan perubahan sikap terhadap perempuan. Hasilnya, paparan pornografi yang disertai kekerasan, bahkan yang disertai dengan provokasi untuk menampilkan agresi dan sikap negatif terhadap perempuan, secara esensial tidak menghasilkan kecenderungan agresi terhadap perempuan, fantasi, dan perubahan sikap. Hasil ini juga membantah pernyataan tentang adanya pengaruh pornografi terhadap kecenderungan kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa paparan pornografi dengan atau tanpa kekerasan tidak berhubungan langsung dengan fantasi seksual.

Lalu mengapa kepercayaan tentang efek psikologis negatif pornografi dianut oleh banyak orang, juga di Indonesia?

Thornton (1986) dalam laporan studinya The Politics of Pornography: A Critique of Liberalism and Radical Feminism memaparkan adanya kecenderungan untuk mengkambing-hitamkan pornografi dalam menghadapi masalah budaya yang lebih umum. Pornografi adalah target yang mudah untuk disalahkan karena pandangan konservatif sudah keburu punya penilaian buruk terhadapnya. Ketika ada masalah sosial, moral, atau budaya yang pelik dan sulit diselesaikan, pornografi dengan mudah dapat dituduh sebagai penyebabnya. Kita dapat dengan jelas menemukan kecenderungan seperti ini di Indonesia. Sebagai contoh, ketika seorang anggota DPR RI prihatin terhadap banyaknya kasus pencabulan yang dilakukan anak-anak dan ternyata anak-anak itu mengkonsumsi film-film porno lewat VCD, ia langsung menunjuk materi pornografi sebagai penyebabnya. Ia juga menunjuk “tidak adanya aturan tentang pornografi” sebagai penyebabnya. Padahal, jika kita cermati masalahnya jauh lebih kompleks dan pelik. Kenyataan bahwa anak-anak itu dapat mengakses VCD porno tanpa pendampingan orang tua adalah masalah keluarga. Banyaknya anak telantar yang tak memperoleh pengasuhan memadai dari orang tua adalah masalah sosial. Beredarnya VCD porno bajakan di Indonesia adalah masalah hukum dan buruknya kinerja petugas keamanan.

Pola asuh yang cenderung menganggap tabu dan menyembunyikan ihwal seksualitas bisa jadi merupakan predisposisi bagi kecenderungan untuk menempatkan pornografi sebagai biang masalah di berbagai ranah kehidupan. Ranah seksualitas menjadi wilayah gelap yang memancing spekulasi negatif dan rentan untuk dituduh sebagai biang keladi kejahatan seksual. Proteksi sosial berlebihan di ranah seksual dengan prasangka bahwa seks adalah ihwal yang tabu seolah membenarkan bahwa paparan eksplisit materi-materi seksualitas punya pengaruh negatif terhadap kehidupan sosial. Prasangka negatif terhadap seks tampaknya menjadi ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy). Dengan adanya prasangka negatif sebagai predisposisi, penafsiran dan pemaknaan terhadap fakta-fakta yang berkaitan dengan perilaku seksual cenderung mengarahkan orang kepada penilaian negatif terhadap seks. Sebagai contoh, Linz, et. al. (1987) menunjukkan adanya inkongruensi pada penyimpulan yang dilakukan The Attorney General's Commission on Pornography di Amerika yang menyatakan bahwa paparan berbagai bentuk pornografi dan efek antisosial meningkatkan kekerasan terhadap perempuan. Penyimpulan itu tidak sepenuhnya sejalan dengan data riset yang digunakan. Ada kebolongan fakta di sana-sini. Bolong-bolong itu ditutupi dengan prasangka dan anggapan umum bahwa pornografi sebagai bentuk pengungkapan seksualitas secara eksplisit merupakan faktor yang meningkatkan kekerasan seksual.

Kombinasi antara kurangnya pemahaman tentang faktor-faktor kejahatan dan penyimpangan perilaku seksual dengan sikap negatif terhadap seksualitas menguatkan pendapat umum yang menuduh pornografi sebagai penyebab langsung dari kejahatan dan penyimpangan itu. Kecenderungan manusia untuk melengkapi kurangnya informasi dengan apa yang dipercayainya secara ideologis bisa jadi berperan dalam tuduhan itu. Orang cenderung menguatkan apa yang dipercayainya terdahulu ketika ia berada dalam situasi yang membingungkan. Motivasi untuk selalu berada dalam stabilitas kognitif cenderung menguatkan apa yang sudah terlebih dahulu dipercayai. Dalam masyarakat yang cenderung menjadikan seksualitas sebagai hal yang tabu dan menilai negatif pornografi seperti di Indonesia, besar kemungkinannya untuk menuduh pornografi sebagai penyebab kejahatan dan penyimpangan perilaku seksual. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kejahatan dan penyimpangan itu memiliki banyak faktor, dan kalaupun ada hubungannya dengan pornografi, hubungan itu tidak bersifat langsung (di antaranya Wilcox, 1987; Russo, 1987; Linz, et. al., 1987; Money, 1988; Thompson, et. al., 1990; Lottes, et al., 1993).

Penelitian-penelitian tentang efek psikologis pornografi memberikan implikasi pemahaman bahwa pembatasan atau pelarangan peredaran pornografi bukanlah jalan keluar yang efektif bagi masalah kejahatan dan penyimpangan perilaku seksual. Tanpa intervensi terhadap beragam faktor sosial dan psikologis yang berperan memunculkan kejahatan dan penyimpangan itu, pencegahan dan penanganan masalah itu tak akan berbuah positif. Alih-alih, masalah baru muncul dari pengaturan materi-materi seksualitas yang pukul rata. Undang-undang yang melarang peredaran dan konsumsi pornografi bisa jadi malah memberi hasil yang tak diharapkan, yaitu meningkatnya kejahatan dan penyimpangan perilaku seksual.

Dari penelitian Diamond dan Uchiyama (1999) di Jepang yang sudah dikemukakan terdahulu, kita mendapat pemahaman bahwa legalisasi peredaran materi pornografi justru sejalan dengan penurunan insiden kejahatan seksual. Dalam konteks ini, pornografi dapat dipahami sebagai media katarsis atau sarana penyaluran dorongan-dorongan seksual di ruang privat. Penyaluran itu meredakan ketegangan psikis dan melepaskan seseorang dari dorongan untuk mencari-cari obyek penyaluran lain. Di sisi lain, pengekangan terhadap dorongan-dorongan itu menghambat penyalurannya, sehingga energi yang menggerakkannya bertumpuk dan bisa meledak tak terkendali sewaktu-waktu. Dorongan yang tak terkendali itu, seperti yang ditunjukkan oleh para ahli psikoanalisis, lebih terbukti menjadi penyebab kejahatan dan penyimpangan perilaku seksual. Dengan dasar itu, ketimbang mengatur dan melarang pornografi, lebih baik melakukan promosi pengaturan dan pengendalian diri, khususnya promosi pengendalian dorongan seksual. Dorongan seksual merupakan sesuatu yang terberi pada manusia. Untuk memanfaatkannya, yang perlu dilakukan bukan mengekang atau melarang, melainkan mengendalikan dan menyalurkannya secara memadai. Dan pornografi bisa menjadi salah satu cara pengendalian dan pemanfaatan itu.


Secangkir Kopi, Pertajam Daya Ingat



Minum secangkir kopi di pagi hari ternyata tak hanya sekedar rutinitas, tetapi bagi sebagian orang sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Mengapa? Karena kopi merupakan stimulan atau perangsang dalam arti positif, yaitu secangkir kopi bisa mengawali hari yang baru dengan penuh semangat, karena tubuh terasa lebih segar sehingga gairah kerja meningkat. Hal ini disebabkan di dalam kopi terdapat zat yang dapat membantu merubah cadangan lemak menjadi energi yang disebut dengan kafein.

KAFEIN

Kafein merupakan bagian dari kelompok senyawa yang dikenal sebagai metilsantin, sedangkan bagian lain dari senyawa ini dikenal sebagai trofilin dan teobromin yang terdapat secara alamiah dalam 63 jenis species tumbuhan. Dan salah satu sumber utama kafein adalah kopi.

Kafein memang masuk dalam golongan zat yang punya kemampuan menstimultan otak. Kalau dipisahkan dari zat-zat lainnya, kafein aslinya berbentuk bubuk putih dengan rasa agak pahit, namun bagi pemakainya akan mendapatkan kekuatan ekstra untuk berperang melawan rasa lelah, karena munculnya semangat yang tinggi.

PENGARUH KOPI BAGI OTAK

Disamping memberi kebugaran pada tubuh, ternyata kopi bisa membantu berpikir lebih cepat, Orang yang akan melakukan wawancara pekerjaan atau memberikan presentasi, jika minum kopi 15 menit atau 30 menit sebelum acara dilakukan, hasilnya akan cukup lumayan, karena kafein dalam kopi ternyata mampu memberikan sinyal pada otak untuk lebih cepat merespon dan dengan cepat mengolah memori pada otak

Para pelajar dan mahasiswapun begitu percaya dengan minum kopi sebelum mereka belajar, bisa membuat daya ingat mereka menjadi tajam, semua yang dipelajari seakan-akan mudah untuk diserap. Sebuah fenomena yang bukan sekedar sugesti belaka, tetapi bisa dijelaskan secara ilmiah.

Mengapa kafein dapat mempertajam daya ingat? Salah satu yang membuat orang mudah tidur adalah peran senyawa adenosin dalam sel otak, jika zat ini terikat oleh receptor-nya, secara otomatis akan memperlambat aktivitas sel tubuh, juga menyebabkan pembesaran pembuluh darah. Dan ternyata kafein dapat menyaingi fungsi adenosin, terutama dalam membuat ikatan dengan receptor. Kafein tidak akan memperlambat gerak tubuh. Seiring makin banyaknya kafein yang terserap masuk, lambat laun sel tubuh tidak akan merespon terhadap perintah-perintah adenosin, karena receptor di otak lebih sibuk bergumul dengan kafein, lain kata, kafein membalikkan semua pola kerja adenosin, yang dapat menimbulkan rangsangan terhadap susunan saraf otak, sehingga mengakibatkan daya pikir menjadi lebih tajam. Kafein dapat mencapai otak dan masuk sistim saraf melalui aliran darah dalam waktu 15 menit setelah seseorang minum kopi.

Setiap yang berlebihan pasti tidak baik akibatnya. Demikian juga dengan minum kopi yang berlebihan akan berpotensi untuk mengundang penyakit, seperti sulit tidur (insomnia), sakit kepala yang hebat, jantung berdebar-debar, bahkan kepanikan akan timbul terutama pada orang-orang yang sensitif. Minum kopi 1 hari sebanyak 1000 mg atau setara dengan 8–10 cangkir sudah dapat dikategorikan sangat berlebihan.

Kopi, yang sering dituding sebagai kambing hitam timbulnya penyakit, ternyata mempunyai sisi yang positif. Oleh karena itu jangan langsung percaya dengan cerita yang beredar tentang dampak negatifnya kafein. Teruslah minum kopi demi kebugaran Anda, jangan berlebihan, minum kopi dengan kadar kafein hingga 240 mg per hari, dan Anda akan tetap sehat.


Tinjauan Psikologis Pemasang Foto di Facebook

Tinjauan Psikologis Pemasang Foto di Facebook

Saya menemukan sebuah penemuan besar mengenai apa yang dimau oleh anak-anak facebook hanya dengan melihat fotonya saja. Tapi saya ga akan bilang sumbernya darimana. Pokoknya ini dari E-book kok. Langsung aja yah ke topik.

1. Foto bareng pasangan close up.
“Dilarang ngajak kenalan, kecuali anda lebih keren dari pasangannya”

2. Foto bareng pasangan di luar negeri kayak di depan menara eiffel, air terjun niagara dll.
“Dilarang kenalan kecuali anda lebih keren dan lebih mapan dari pasangannya”

3. Foto sendirian di luar negeri.
“Dilarang kenalan, kalo ga bisa ngongkosin gue kesini”

4. Foto sendirian di tempat wisata dalam negeri.
“Gue mah orangnya irit, bisa liburan ke bali aja udah seneng”

5. Foto bareng temen.
“Paling ga temen gue ada yang keren”

6. Foto bareng peliharaan anda.
“Paling enggak aku lebih keren dari binatang peliharaan aku kan ???”

7. Foto bareng mobil
“Gue anak tajir, kalo lo ga tajir pergi aja deh. Atau paling enggak kalo jadi temen atau pacarku u ga akan jalan kaki deh”

8. Foto bareng pasangan pose mesra/berpelukan.
“Gila ni orang nempel aja terus, tahu ga sih lo, gue udah bosen ama lo”.

9. Foto casual di depan rumah atau dalam rumah.
“Keren kan gue, meskipun ga modal.”

10. Foto artis/kartun/logo.
“Jangan nilai gue dari segi tampang aja yah, please…please”

11. Foto sendirian close up
“Gila gue keren banget yah…….”

12. Ga ada foto atau cuman 1 foto dan jarang banget login. Login paling-paling cuman 3 minggu sekali.
“Join Facebook gara-gara diajak ke warnet teman dan dipaksa bikin Facebook. Biar ga dipaksa buat dan biar ga dibilang kuper dia buat facebook deh”

13. Foto yang sama sampe beberapa biji.
“Baru join facebook trus upload foto, tapi ga tahu kalo facebook suka lelet jadi dicoba upload lagi dan lagi. Akhirnya jadi banyak deh fotonya”

Lalu termasuk yang manakah anda ?? Ini tidak berlaku hanya untuk facebook tapi semu bentuk kenarsisan anda di dunia maya ini :P

Pengobatan segera vs pengobatan ditunda untuk multiple sclerosis

Pengobatan segera vs pengobatan ditunda untuk multiple sclerosis


Gejala yang timbul seperti penglihatan kabur (blurred) atau penglihatan ganda (double vision), kesemutan, tak dapat kencing, kehilangan keseimbangan dan rasa nyeri di bagian tubuh lainnya. Gejala ini bisa mereda dan tiba-tiba kembali menyerang dalam beberapa tahun mendatang.

Itulah beberapa gejala Multiple Sclerosis (MS) yang diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, SpS (K), FAAN dalam media edukasi yang diselenggarakan 13 Juni 2007 lalu di Hotel Manhattan, Jakarta.

Tidak banyak yang tahu tentang Multiple Sclerosis (MS). Penyakit yang masih menyimpan banyak rahasia ini adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang saraf. Multiple sclerosis (multiple=banyak, sclerosis=pengerasan) adalah penyakit autoimun dengan peradangan di susunan saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang yang dipicu oleh infeksi virus.
Multiple Sclerosis Berujung Kelumpuhan

Pada penderita MS, sistem imun tubuh menyerang dan merusak secara reversibel myelin yaitu lapisan pelindung dari lipoprotein yang mengisolasi saraf pusat otak dan sumsum tulang belakang. Kerusakan itu tampak pada scan sebagai daerah yang penuh dengan parut/bercak (plak) keras.

Penyakit yang menyerang usia 20-40 tahun ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Penderita MS banyak ditemukan di daerah beriklim dingin, sedangkan di daerah yang beriklim panas seperti Indonesia, MS menjadi penyakit yang langka.

MS termasuk penyakit kronis yang dapat berlangsung progresif selama 10 tahun atau lebih dan selalu akan berakhir dengan kelumpuhan bahkan kematian. Oleh sebab itu, perlu strategi pengobatan untuk mengatasi jangan sampai terjadi kelumpuhan.


Strategi Pengobatan MS

Secara medis, belum ada obat yang menyembuhkan MS. Obat-obatan yang ada sekarang hanya dapat memperlambat progresivitas penyakit. Pengobatan MS terdiri dari pengobatan jangka pendek dengan steroid untuk mengatasi gejala akut, pengobatan simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala seperti nyeri, kesemutan dan kekakuan, serta pengobatan yang memodifikasi perjalanan penyakit dan mencegah perkembangan penyakit, seperti interferon beta-1b.

Pengobatan MS lebih baik dilakukan segera setelah serangan klinis pertama dibandingkan pengobatan ditunda yaitu pengobatan yang diberikan setelah serangan klinis kedua atau setelah 2 tahun.

Semakin dini pengobatan diberikan, risiko cacat akibat penyakit MS dapat ditunda untuk waktu yang cukup panjang. Demikian menurut hasil studi BENEFIT (Betaferon in newly emerging multiple sclerosis for initial treatment) yang telah dipresentasikan pada pertemuan American Academy of Neurology ke-59 di Boston, AS, beberapa waktu lalu.

Prof. Dr. H. Jusuf Misbach, SpS (K), FAAN, Ketua PERDOSSI (Perhimpunan Spesialis Saraf Indonesia) yang juga menghadiri pertemuan di Boston tersebut menjelaskan hasil temuan studi BENEFIT dalam meningkatkan quality of life penderita MS.

Penemuan dari studi BENEFIT membuktikan bahwa pengobatan segera dengan interferon beta-1b pada pasien yang mengalami serangan pertama yang mengarah pada MS dapat menurunkan risiko kerusakan saraf seperti yang diukur dengan Expanded Disability Status Scale (Skala Status Ketidakmampuan) sebesar 40% selama lebih dari 3 tahun jika dibandingkan dengan pengobatan yang ditunda.

Perempuan, Aborsi dan Patriarki

Perempuan, Aborsi dan Patriarki

Benarkah persoalan yang dihadapi perempuan yang hendak melakukan aborsi begitu sederhana seperti yang tercermin dalam berbagai argumentasi kelompok pro-life dan pro-choice?

Kiranya dengan menonton film If These Walls Could Talk 1 (1996), kita akan sadar, perempuan yang hendak melakukan aborsi atau perempuan dokter yang membantu melakukan aborsi tidak bisa begitu saja memilih salah satu norma moral tersebut.

Dalam film yang terdiri dari tiga film pendek (total durasi 97 menit) karya feminis kontemporer Amerika: Pamela Wallace, Nancy Savoca, Susan Manus, dan Marlane King, dituturkan argumentasi tiga perempuan Amerika dari tiga zaman yang berbeda untuk meneruskan atau mengaborsi kehamilan yang tak mereka rencanakan.

Syahdan, di Amerika tahun 1952 ketika aborsi masih terlarang secara hukum, janda muda Claire Donelly (Demi Moore) bekerja sebagai perawat, hidup pas-pasan. Dia sangat disayang keluarga almarhum suaminya. Dalam situasi yang sulit dijelaskan, Claire melakukan hubungan seksual dengan adik almarhum suaminya dan hamil. Tak mungkin dia menjelaskan kehamilan itu kepada mertuanya. Tak juga kepada koleganya, kecuali kepada pria dokter separuh baya yang—karena patuh pada hukum—tak bersedia mengaborsi kandungan Claire.

Menggugurkan kandungan

Dua kali Claire ingin menggugurkan kandungannya, yaitu dengan meminum obat antimigren yang terlarang bagi perempuan hamil dan menusukkan alat sulam ke rahimnya lewat vagina. Gagal. Akhirnya, Claire mendapatkan orang yang mau mengaborsi dengan bayaran tak murah, tetapi itu aborsi tak aman. Tak ada aborsi aman di negara yang melarang aborsi. Claire mengalami perdarahan parah.

Film kedua—Amerika tahun 1974—berkisah tentang Barbara Barrows (Sissy Spacek): perempuan setengah baya, beranak empat dan bersuamikan polisi. Suatu hari Barbara yang setelah anak-anaknya besar dapat melanjutkan kuliahnya lagi mendapati dirinya hamil.

Dia sadar, bila kehamilan ini dilanjutkan, dia akan menghadapi pilihan sulit, yaitu suaminya tak mungkin mengajukan pensiun dini dan Linda (anak pertamanya) hanya akan bisa sekolah di college negeri atau dia sendiri harus berhenti kuliah. Padahal, bisa kuliah lagi merupakan déjà vu mimpinya.

Kepada suaminya dan Linda, Barbara hanya bisa bilang, �Aku tak tahu apakah mengaborsi atau melanjutkan kehamilan anak kelima ini merupakan keputusan yang benar.� Barbara, memang, batal melakukan aborsi, tetapi bisa dipastikan dia juga berhenti kuliah demi Linda dan suaminya.

Film ketiga Amerika tahun 1996 berkisah tentang Christine (Anne Heche) yang hamil karena selingkuh dengan dosennya yang sudah beranak-istri. Sebagai orang Irlandia totok dan Katolik saleh, Christine berpandangan pro-life: anti-aborsi. Namun, Christine tak mungkin menjelaskan kehamilannya kepada orangtuanya karena hanya akan membuat orangtuanya patah hati; tak mungkin juga menuntut sang dosen menikahinya. Sang dosen lebih suka memberinya uang ketimbang mendengarkan berbagai persoalan yang dihadapi Christine. Singkat cerita, Christine tergerak melakukan aborsi.

Dokter Beth Thompson (Cher) yang mengaborsi kandungannya bilang, Aku mau membantu melakukan aborsi karena tahu bagaimana aborsi dilakukan ketika secara hukum masih dilarang. Juga karena perempuan yang baru kubantu aborsi selalu bilang tak tahu apa yang akan terjadi bila tidak melakukan aborsi.

Saya kira Barbara, Christine, dan dokter Thompson adalah para perempuan yang menganggap aborsi harus dilakukan bukan karena mereka setuju dengan argumentasi pro-choice. Barbara bahkan tak peduli apakah mengaborsi atau meneruskan kehamilan anak kelima itu tindakan yang secara moral benar. Christine yang awalnya berpandangan pro-life terpaksa menunda keyakinan moralnya dan melakukan aborsi.

Dokter Thompson yang berangkat dari situasi nyata pasien juga menunda argumentasi pro-life dan pro-choice serta menunjukkan persoalan utama adalah sulitnya pasien menjelaskan kehamilan mereka dalam masyarakat patriarki.

Membela/memberdayakan korban patriarki dan meruntuhkan patriarki tak bisa dilakukan dalam satu paket. Pembelaan/pemberdayaan adalah tindakan pragmatis, harus segera dilakukan. Sementara meruntuhkan patriarki adalah perjuangan ideal.

Pascamoralitas

Film ini dibuka dengan pernyataan seorang perempuan, Ketahuilah sayang, kalau pria bisa hamil, aborsi akan dijadikan sakramen. Dengan kata lain, patriarki yang sudah berjaya ribuan tahun akan menggunakan berbagai cara untuk melestarikan kekuasaannya.

Situasi nyata (kejam dan bebalnya patriarki) membuat ketiga perempuan itu memilih posisi pascamoralitas. Mereka tidak mengabaikan moralitas, tetapi membuat keputusan dengan cara menunda norma moral pro-life dan pro-choice.

Richard Rorty seorang postmodern, tetapi lebih suka menyebut diri seorang pragmatis melukiskan tindakan pascamoralitas sebagai tindakan liberal-ironis (lihat Contingency, Irony and Solidarity, Cambridge Univ Press, 1989).

Disebut liberal karena yakin bahwa setiap individu harus memiliki the right to privacy agar dapat menjadi dirinya sendiri dan tidak memaksakan keyakinan pribadinya kepada orang lain. Namun, juga disebut ironis, karena juga yakin setiap argumentasi moral (termasuk the right to privacy) adalah hasil konstruksi sosial melalui bahasa manusia dan karenanya bersifat contingent (kebetulan, tidak mutlak).

Kasus nyata

Dalam kasus nyata penderitaan, liberal-ironis adalah seorang yang yakin dirinya tak dapat lagi berpegang teguh pada norma moral apa pun ketika harus membuat keputusan mengakhiri penderitaan itu. Hal ini hanya akan menghasilkan manusia fundamentalis dan ideologis yang lupa norma moral adalah buatan manusia dalam bahasa manusia yang contingent.

Orang-orang seperti ini hanya membela norma moral yang dianutnya, bukan membela orang yang sedang menderita. Alih-alih menghentikan kekerasan, mereka malah meradikalkannya. Begitu juga dalam hal aborsi, seseorang harus bertindak seperti Barbara, Christine, dan dokter Thompson yang berangkat dari kasus konkret, bukan dari norma moral pro-life atau pro-choice yang diyakini.

Debat antara pro-life atau pro-choice memang sangat mencerdaskan dan penting bagi kelanjutan diskursus moral dan filsafat umumnya, tetapi sulit diterapkan dalam kebanyakan kasus konkret karena keduanya tak memperhitungkan situasi konkret individu perempuan dalam masyarakat patriarki.

Beberapa Alasan Mengapa Seseorang Mudah Pingsan

Beberapa Alasan Mengapa Seseorang Mudah Pingsan

Mereka yang mudah pingsan kerap dianggap lemah jantung. Apalagi jantungnya sering berdebar-debar. Padahal memakai baju dan kerah ketat pun bisa berdampak buruk. Penyebab kejadian seseorang mudah pingsan bisa disebabkan karena jantung yang kurang beres dan juga beberapa faktor dari luar. Apalagi kalau kita tidak mempunyai riwayat kelainan jantung ataupun faktor risiko penyakit jantung serta usia yang masih muda.

Sebagian besar kasus pingsan yang bukan karena kelainan jantung diketahui lebih disebabkan karena adanya hipersensitivitas vagus. Vagus adalah saraf otak ke sepuluh yang mensarafi organ bagian dalam tubuh dan sangat berpengaruh terhadap frekuensi detak jantung.

Pingsan berawal dari kecenderungan terkumpulnya sebagian darah dalam pembuluh vena bawah akibat gravitasi bumi. Hal itu menyebabkan jumlah darah yang kembali ke jantung berkurang sehingga curah darah ke jantung dan tekanan darah sistoliknya menurun. Untuk mengatasi penurunan tersebut, timbul refleks normal berupa bertambahnya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung untuk mengembalikan curah ke jantung ke tingkat semula.

Pada seseorang yang hipersensitif, bertambahnya kekuatan kontraksi itu justru mengaktifkan reseptor mekanik pada dinding bilik jantung kiri, sehingga timbul refleks yang menyebabkan frekuensi detak jantung menjadi lambat, pembuluh darah tepi melebar, dan terjadi tekanan darah rendah (hipotensi) sehingga aliran darah ke susunan saraf terganggu.

Untuk mencegah agar jangan sampai pingsan, sewaktu gejalanya terasa masih ringan misalnya jantung terasa berdebar-debar, cobalah gerakkan tungkai atau kaki sambil sekali-kali batuk kecil. Adakalanya cara tersebut dapat dibantu lagi dengan mengalihkan perhatian kita sesaat.

Kalau dengan cara tersebut gejala tidak juga berkurang, tetapi justru mulai mengeluarkan keringat dingin dan kepala terasa melayang, lebih baik kita langsung jongkok, duduk, atau mencari tempat berbaring agar tungkai dapat dinaikkan lebih tinggi dari kepala. Biasanya dalam waktu singkat akan terasa lebih nyaman dan pulih kembali, apalagi kalau ditambah dengan minuman segar.

Sebaliknya, kalau kita harus menolong orang yang pingsan, sebaiknya lakukan tip praktis berikut ini. Baringkan penderita di tempat tidur dengan kepala dimiringkan. Hati-hatilah agar posisi kepala jangan ditinggikan. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak terganggu. Bila perlu, teteskan air dingin di kening atau leher untuk mempercepat pulihnya kesadaran. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar.

Untuk mencegah terjadinya keadaan mudah pingsan yang bukan karena kelainan jantung dapat dilakukan dengan berolahraga seperti jogging, bersepeda, berenang, atau melakukan olahraga dinamis yang menguatkan otot tungkai. Kalau pingsan yang jelas disebabkan oleh kelainan jantung, diajurkan untuk berkonsultasi dengan dokter jantung agar dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih tepat.

Menjaga Otak Tetap Sehat

Menjaga Otak Tetap Sehat

Berusia 76 tahun, Suryatinah tentu saja sudah tergolong lansia (lanjut usia). Namun, tua baginya bukan berarti loyo dan sakit-sakitan. Lihat saja, masih bugar dan selalu giat beraktivitas.

Setiap hari, ia selalu meluangkan waktu untuk membaca apa saja. Sebulan dua kali ia mengikuti pengajian. Bahkan, ia masih telaten menyulam sembari menjaga warung makan miliknya. Di usianya yang telah senja ini, Suryatinah tinggal bersama seorang pembantu. Sang suami telah meninggal dan dua anaknya sudah berkeluarga. Mereka tinggal di rumah masing-masing.

Suryatinah adalah contoh lansia yang kesehatan otaknya terjaga. Seperti dijelaskan neurolog dari Rmah Sakit Dr Sardjito/Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM), dokter Pernodjo Dahlan SpS, ciri-ciri otak sehat adalah sehat fisik dan mental, masih tetap mandiri, mempunyai harga diri, masih mampu berkreasi, masih terjaga produktivitasnya, berbahagia dalam menyongsong usia senja, dan makin bertambah ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. ''Otak yang sehat memiliki fitrah yang bersih, kedalaman ilmunya menjadikan seseorang semakin memahami kebesaran Allah, dan membuatnya semakin bertakwa kepada Allah,'' ungkap Pernodjo dalam seminar Kiat Menjaga Otak Tetap Sehat, yang diselenggarakan Klinik Memori Bagian Ilmu Penyakit Syaraf RS Dr Sardjito/FK UGM, belum lama ini.

Menurut Pernodjo, banyak 'jurus' yang bisa dilakukan untuk menjaga otak tetap sehat. Apa saja 'jurus' itu?

* Biasakan berperilaku hidup sehat. Hindari rokok, alkohol, dan stres fisik/mental. * Asupan gizi cukup dan berimbang, * Latihan meningkatkan kemampuan memori dengan selalu mengulang-ulang informasi baru untuk disimpan dalam ingatan. * Melatih memusatkan perhatian/konsentrasi dan memberikan perhatian pada hal-hal baru. * Berperan aktif dalam pekerjaan dan fungsi sosial. * Berekreasi dengan anak dan cucu. * Membuat catatan atau biografi. Ini merupakan aktivitas lansia yang paling baik dan sangat berharga. * Aktifkan otak dengan selalu belajar sampai akhir hayat.

Terapkan pola makan sehat
Banyak lansia mengeluh mudah sekali lupa. Tahukah Anda, mudah lupa merupakan gejala awal dari kepikunan (demensia). Demensia disebabkan oleh penyakit organik di otak karena degenerasi sel-sel syaraf akibat kemunduran kemampuan intelektual, gangguan memori, emosi kepribadian, dan perawatan diri. Hasil sejumlah penelitian menyimpulkan, demensia seringkali diderita oleh lansia yang telah berusia 60 tahun.

Adakah upaya yang bisa kita lakukan untuk mencegah demensia? Jawabnya, ada. Dan alangkah baiknya, Anda mempraktikkannya. Menurut Tri Sumasti Rahayuningsih SGiz, ahli gizi dari RS Dr Sardjito/FK UGM, ada beberapa langkah sehat dan tepat untuk mencegah demensia, yaitu: menerapkan pola makan sehat seimbang, olahraga teratur, dan tidur cukup. Jauhkan diri dari rokok dan pencemaran udara. Kurangi paparan sinar matahari.

Dalam kaitan dengan pola makan sehat, Tri menyarankan untuk mengurangi lemak, gula, dan garam.
Sebaliknya, perbanyak konsumi buah dan sayuran segar. ''Jangan lupa konsumsi antioksidan secara teratur,'' saran Tri.

Antioksidan adalah unsur-unsur penting untuk menangkal radikal bebas, penyebab penuaan, dan timbulnya penyakit di usia tua. Antioksidan bisa kita dapatkan pada sejumlah vitamin (A, C, dan E) dan mineral (zink, selenium). Secara lebih rinci, Tri menyebut sejumlah bahan pangan yang merupakan sumber beberapa jenis vitamin dan mineral penting itu.

* Sumber vitamin A:
Hati, kuning telur, susu, mentega, sayuran berwarna hijau (daun singkong, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis), wortel, tomat, pepaya, dan mangga).
* Sumber vitamin E:
Minyak tumbuh-tumbuhan, daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan.
* Sumber vitamin C:
Hanya terdapat pada bahan pangan nabati yaitu sayuran dan buah-buahan seperti: kol, jeruk, nanas, rambutan, pepaya, tomat.
* Sumber zink:
Protein hewani, daging, hati, kerang, telur, serealia tumbuk, dan kacang-kacangan.
* Sumber selenium:
Makanan laut, hati, ginjal, dan daging.

Cegah Stroke, Konsumsi Wortel

Cegah Stroke, Konsumsi Wortel

STROKE

Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan. Akibatnya nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke bisa karena adanya sumbatan di pembuluh darah dan adanya pembuluh darah yang pecah. Stroke yang diderita oleh orang tua karena proses penuaan yang menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit, dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah.

Sementara penyebab Stroke pada usia remaja dan usia produkti (15 samoai 40 tahun) disebabkan karena stres, penyalahgunaan narkoba, alkohol, faktor keturunan dan gaya hidup yang tak sehat.

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak, penyakit ini sering diidentikkan dengan kelumpuhan anggota gerak yang menyerang secara tiba-tiba serta terjadinya penurunan kesadaran. Justru gejala tersamar dari stroke kurang diwaspadai, seperti gangguan memori, gangguan emosi, gangguan perilaku. Padahal deteksi dini terhadap gejala stroke merupakan hal yang utama.

Banyak cara dilakukan orang untuk menghindari penyakit ini, salah satu cara yang paling mudah dan murah adalah mengkonsumsi tanaman wortel.

WORTEL

Wortel dikenal memiliki kandungan Vitamin A yang sangat tinggi, selain memiliki unsur lain seperti kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, dan besi. Wortel termasuk tumbuhan yang ditanam sepanjang tahun, terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab, dan tumbuhan ini dapat tumbuh pada semua musim.


MANFAAT WORTEL PADA PENYAKIT STROKE

Selama ini orang mengenal wortel hanya untuk kesehatan mata karena kandungan vitamin A yang sangat tinggi. Ternyata tanaman ini mempunyai khasiat yang lebih hebat lagi. Sayuran yang dikenal sebagai makanan favorit kelinci ini ternyata bisa mencegah stroke. Orang yang terkena stroke, jika banyak mengkonsumsi Vitamin A, akan mengalami lebih sedikit kerusakan neurologis (saraf) dan mempunyai kesempatan untuk sembuh. Hal ini disebabkan karena waktu otak tidak memperoleh oksigen berapa lama, seperti pada stroke, sel mulai mengalami malfungsi (gangguan fungsi) yang menyebabkan rangkaian kejadian mencapai puncaknya ketika pada sel-sel saraf terjadi kerusakan oksidatif, dan kondisi tersebut dapat diredam jika dalam darah banyak terdapat vitamin A.

Sebuah penelitan menunjukkan, mengkonsumsi wortel sedikitnya lima kali dalam seminggu dapat menurunkan resiko terkena stroke hingga 68 persen bila dibandingkan yang makan wortel satu kali dalam sebulan.

Khasiat antistroke tersebut juga ditimbulkan karena aktivitas beta karoten yang mencegah terjadinya plak atau timbunan kolesterol dalam pembuluh darah. Beta karoten merupakan pigmen paling aktif apabila dibandingkan dengan alpha dan gamma karoten. Biasanya beta karoten lebih dikenal sebagai provitamin A yang akan menjadi vitamin A pada dinding usus halus.

Tak ada seorangpun yang mau terkena stroke, dan tak seorangpun yang ingin mati muda. Mencegah lebih baik daripada mengobati, belajar pada alam, karena dari alam kita banyak menemukan manfaat. Wortel yang kita kenal sebagai sayuran, ternyata bisa menjauhkan kita dari kematian.