Tuesday, October 7, 2008

Strategi Coping Pengguna Narkotika dan Obat Terlarang

A. Judul Program

Strategi Coping Pengguna Narkotika dan Obat Terlarang di Kotamadya Surakarta

B. Latar Belakang

Di tengah perkembangan jaman yang semakin maju dan sarat dengan perubahan yang terjadi di segala bidang menuntut manusia untuk selalu berfikir dan berprilaku selaras dengan perkembangan tersebut. Seperti halnya yang terjadi di negara kita, Indonesia tercinta ini yag berniat menyejajarkan diri dengan negara-negara berkembang lain. Untuk menyikapi itu maka Indonesia mengalami era keterbukaan arus informasi dan teknologi yang masuk ke indonesi tidak dapat terbendung lagi.
Perubahan yang terjadi di segala bidang seringkali menimbulkan masalah pada diri generasi muda. Kenyataannya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa banyak generasi muda yang mengalami ketergantungan pada obat-obat terlarang atau Narkotika.hal ini merupakan penyebab terjerumusnya mereka kedalam penyalahgunaan Narkotika obat-obatan serta zat-zat adiktif lainnya. Menurut Harianto (1993), yang menjadi penyebab para remaja di Indonesia menggunakan obat-obatan terlarang adalah karena sifat dari remaja yang ingin tau dan ingin mencoba sesuatu yang belum ia ketahui, karena tekanan dari teman sebaya, pertentangan dengan orang tua.
Generasai muda merupakan golongan yang rentang terhadap penyalah gunaan Narkotika dan psikotropika, karena selain memiliki sifat dinamis, energik, selalu ingin tau dan ingin mencoba. Dari berbagai media masa dapat diketahui bahwa mereka yang menggunakan narkoba adalah berasal dari kalangan remaja, mahasiswa dan pelajar serta eksekutif muda seperti dalam pemberitaan beberapa media massa bahwa jumlah pelajar yang terjerat Narkotika dan obat-obatan terlarang semakin besar tiap tahun kebanyakan adalah pelajar SLTA dan SLTP, ini dengan ditunjukkannya daftar hitam sekolah-sekolah yang terjangkiti Narkotika dan obat-obatan terlarang serta berdasarkan survei di lapangan ditemukan fakta bahwa hampir 2000 siswa SLTP dan SLTA Jakarta positif menggunakan Narkotika dan seper limanya adalah pengedar ( Gatra, 24 Februari 2006 ). Dan menyikapi masalah obat-obatan terlarang ini pemerintah berserta aparat keamanan dan masyarakat secara tegas menyatakan perang terhadap para pengedar, pemakai dan semuanya yang terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang ini. Dibentuknya BNN ( Badan Narkotika Nasional ) dan unit Restik ( Reserse Narkotika ) di jajaran kepolisian dan gerakan nasional anti Narkotika sebagai wujud nyata dari sikap tegas tersebut, dibentuknya lembaga-lembaga tersebut untuk mengantisipasi serta memberantas peredaran Narkotika yang menyebabkan dampak meningkatnya kriminalitas sebagai akibat dari pemakaian Narkotika, ini terungkap dalam satu kasus kriminalitas dimana seorang adik tega membunuh kakaknya dengan sebilah pedang hanya gara-gara kakak tidak mau dimintai uang saat adik sedang ketagihan, keduanya warga kramat Jakarta ( Media Indonesia, 27 Mei 2006 ). Berbagai peristiwa diatas sangat meprihatinkan kita semua. Bersamaan dengan hal ini maka berdirilah lembaga rehabilitasi Narkotika yang bertujuan membina dan menyembuhkan para korban obat-obatan terlarang. Dalam proses rehabilitasi Narkotika itu semua dikembaliakan kepada para korban Narkotika, apakah memiliki keinginan untuk sembuh dan hidup normal kembali atau sebaliknya. Dalam hal ini akan kelihatan adanya kemampuan individu dalam menghadapi masalah, tekanan dan tantangan yang dihadapi yang oleh Lazarus (1976) disebut sebagai Coping behaviour yang disebut juga strategi Coping.
Secara umum Coping diatikan sebagai tuntutan baik eksternal maupun internal yang timbul akibat situasi yang mengancam. Strategi Coping tidak hanya meliputi bentuk-bentuk dorongan dan cara-cara menghadapi masalah yang tidak realistis dan diluar kesadaran individu. Mulai dari bentuk usaha dalam menghadapi masalah-masalah secara positif, patologis dan tidak evektif. Meraka dapat menggunakan strategi mana yang dianggap paling sesuai dengan masalah yang ada. Menurut Lazarus (1976) Coping dibedakan atas dua bentuk yaitu bentuk direck action dan bentuk palliation. Direck action atau tingkah laku langsung adalah mengatasi masalah dengan cara melakukan sesuatu untuk menghadapi masalah, sedang pallition adalah tingkah laku pertahanan diri yang disebut defense mechanism atau bentuk defensif.

C. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengapa para pengguna Narkotika dan obat-obat terlarang melakukan strategi Coping ?
2. Bagaimana jenis-jenis masalah strategi Coping yang dilakukan oleh pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi Coping pada pengguna Narkotika dan obat terlarang ?

D. Tujuan Program
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang yang melakukan strategi Coping.
2. Mengetahui jenis-jenis strategi Coping yang dilakukan oleh pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang.
3. Mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi Coping tersebut.


E. Luaran Yang Diharapkan
Luaran yang diharapakan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk strategi Coping yang digunakan pengguna Narkotika dan obat-obat terlarang, beserta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi strategi Coping tersebut. Memberikan informasi kepada lembaga rehabilitasi Narkotika dan obat-obatan terlarang dalam meningkatkan kualitas dalam pembinaan.

F. Kegunaan Program
1. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga rehabilitasi Narkotika dan obat-obatan terlarang dalam meningkatkan kualitas pembinaan maupun kuantitasnya.
2. Untuk mencari titik temu antara ilmu pengetahuan yang bersifat teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.
3. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penyusun khususnya dan masyarakat pada umumnya, yang berkaitan dengan obat-obatan terlarang.

G. Tinjuan Pustaka
A. Strategi Coping
1. Pengertian srategi coping
Menurut Roter (Anwar, 1993) bagaimana idividu menilai situasi yang dihadapi dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian. Selanjutnya dimisalkan bahwa individu dengan pusat pengendali internal akan cenderung menghadapi situasi yang bersumber pada dirinya sendiri. Sebaliknya individu dengan pusat pengendali ekternal akan cenderung menganggap bahwa setiap keadaan yang dihadapi sebagai akibat dari luar dirinya. Semakin kabur informasi yang diterima mengenai suatu hal, akan semakin jelas pengaruh karakteristik kepribadian terhadap penilaian individu pada situasi yang dihadapi. Ada dua penilaian yang mendahului munculnya strategi individu yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder. Melalui penilaian primer, individu akan menilai tingkat ancaman permasalahan terhadap dirinya. Dalam penilaian sekunder, individu akan menilai potensi dirinya untuk menghadapi masalah yang dinilai mengancam dirinya. Selanjutnya individu akan memunculkan suatu strategi tertentu untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut Pestonjee (1992), coping memiliki tiga efek, yaitu secara psikis, sosial dan fisik, adapun secara psikis, coping memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep diri dan kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau keseimbangan antara perasaan yang positif atau negatif. Sedangkan secara sosial coping memberikan pengaruh pada fungsi seperti keberadaan di dalam lingkungan dan sosialisasi serta hubungan interpersonal, secara fisik dampak coping tidak terlalu besar yaitu sekitar perkembangan dan kemajuan suatu penyakit.
Newman (1997), mengaitkan coping dengan tahap-tahap perkembangan. Mereka berpendapat bahwa coping tidak hanya mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi ancaman, akan tetapi coping dapat dimengerti sebagai tingkah laku yang mengikuti perkembangan dan pertumbuhan individu. Disini ada pandangan bahwa tingkah laku coping sebagai usaha yang aktif untuk menghadapi stress dan membuat solusi-solusi baru guna menghadapi tantangan dari tiap-tiap tahap perkembangan dan konfrontasi antara individu dengan lingkungan yang dihadapi sebagai komponen paling penting dalam coping.



2. Jenis-jenis strategi coping
Pada dasarnya strategi coping untuk mengatur stress dapat dimasukan dalam dua dimensi umum yang terpisah satu sama lain, yaitu:
a. Maninfestasi coping. Maninfestasi coping dimana cara coping dapat dibagi menjadi strategi kognitif dan behavioural. Teknik coping kognitif adalah percobaan intrapsikis untuk menghadapi situasi stess dan konsekuensinya, sedangkan coping behavioural terjadi dari tindakan-tindakan nyata untuk mengatasi stress.
b. Fokus coping. Fokus coping dapat dibadakan menurut sasaran dari strategi coping, yaitu coping yang difokuskan pada problem dan coping yang difokuskan pada emosi. Coping yang difokuskan pada problem terutama dilakukan untuk memodifikasi hubungan antar situasi dan person, yang menimbulkan stress. Fokus emosi meliputi usaha untuk mengatur gangguan emosi yang disebabkan oleh stressor. fungsi tingkah laku dibedakan menjadi dua yaitu coping tepusat pada masalah (Problem Focused Coping/PFC) dan terpusat pada emosi (Emotion Focused Coping/EFC).PFC adalah usaha untuk mengurangi stress yang dirasakannya dengan mengahadapi masalah yang menimbulkannya secara langsung, sedangkan EFC adalah usaha individu untuk mengurangi stress dengan cara mempertimbangkan masalah afeksinya (Folkman dan Lazarus, 1985).
Lazarus dan Folkman (dalam Aldwin dan Revenson, 1987), mengemukakan bahwa coping terdiri dari strategi yang bersifat kognitif dan behavioural. Strategi tersebut terbagi menjadi dua bentuk, yaitu strategi yang digunakan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stress (problem focused coping) dan strategi coping untuk mengatasi emosi negatif yang menyertainya (emotion focused coping).
Menurut Billing dan Moos ( dalam Robiah, 1999), serta Pearlin dan Schooler (1978) strategi coping yang termasuk dalam problem focused coping dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Information seeking (pencarian informasi) yang meliputi usaha untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan masalah yang ada serta orang lain yang dapat bertukar pikiran dan membantu menyelesaikan masalah.
b. Problem solving (pemecahan masalah), yang meliputi usaha untuk memikirkan dan mempertahankan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan dengan atau melakukan tindakan tertentu yang lebih tertuju pada cara-cara penyelesaian masalah langsung.
Aldwin dan Reveson (1987), mengemukakan tiga macam strategi coping yang termasuk dalam problem focused coping yaitu:
a. Controlless (kahati-hatian), yaitu individu memikirkan dan mempertimbangkan secara matang beberapa aternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan, meminta pendapat dan pandangan orang lain tentang masalah yang dihadapinya, bersikap kehati-hatian sebelum melakukan sesuatu.
b. Instrumental action (tindakan instrumental), yang meliputi tindakan individu yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun langkah-langkah apa yang akan dilakukan.
c. Negotiation (negosiasi) yaitu usaha-usaha yang ditunjukkan kepada orang lain yang terlibat atau menjadi penyebab masalah yang dihadapinya untuk ikut serta memikirkannya atau menyelasaikan masalahnya.


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping
Setiap orang akan mereaksi situasi yang sama dalam bentuk yang berbeda-beda dan dengan beberapa cara. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi coping antara lain:
a. Jenis kelamin.
b. Umur dan perkembangan.
c. Tingkat pendidikan.
d. Stress dan kecamasan.
e. Situasi.
f. Persepsi, Intelektual dan kesehatan.
g. Situasi sosial ekonomi
Handayani (2000), dalam sekripsi kesarjanaannya menambahkan pula faktor-faktor yang berperan dalam strategi menghadapi masalah, antara lain:
a. Konflik dan stress.
b. Jenis pekerjaan.

B. Pengguna Narkotika Dan Obat Terlarang
1. Pengertian Pengguna Narkotika Dan Obat Terlarang
Yang dimaksud dengan pengguna Narkotika dan obat terlarang adalah pemakai narkoba secara tetap dan bukan untuk tujuan pengobatan atau digunakan tanpa mengikuti aturan takaran yang seharusnya (Yatim dalam Hawari, 1996). Menurut Joewono (1996), pengguna Narkotika dan obat terlarng adalah individu yang menggunakan Narkotika dan obat terlarang dalam jumlah berlebihan, secara berkala atau terus menerus berlangsung cukup lama sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani, mental dan kehidupan sosial.
Menurut Simanjuntak (1996) dalam mencari sebab timbulnya perbuatan jahat, sebab yang tunggal atau unilateral pada dasarnya tidak ada, sebab-sebab itu beraneka ragam satu sama lain berkaitan. Secara garis besar sebab yang menimbulkan perbuatan jahat individu terletak dalam dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Hawari (1996) pengguna Narkotika dan obat terlarang adalah individu yang mengalami gangguan jiwa yaitu gangguan kepribadian, kecemasan dan depresi, sedangkan penyalahgunaan Narkotika dan obat terlarang merupakan perkembangan lebih lanjut dari gangguan jiwa tersebut.

2. faktor-faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba
Faktor Intern
1. Personalitiy (kepribadian)
2. Intelegensi Quotient (IQ)
3. Kedudukan individu dalam keluarga
Faktor Extern
1. Lingkungan keluarga
2. Dishasmonisasi keluarga
3. Kurang pendidikan agama

3. Narkotika Dan Obat Terlarang
Narkotika dan obat terlarang yamg dilarang penyalahgunaannya oleh hukum dan pemerintah karena merugikan kesahatan serta memicu tingginya angka kriminalitas, antara lain:
a. Ecstasy
b. Heroin dan Opiat
c. Kokain
d. Amfetamin dan stimulasi lainnya
e. Kannabis
f. LSD (Lysergic Acid Dietthllamide)
g. Hipnasedatif
h. Minor Traquilliser

4. Dampak Penyalahgunaan Obat Terlarang
Berbagai dampak atau akibat yang ditimbulkan sebagai akibat dari penyalahgunaan Narkotika dan obat terlarang menurut Hawari (1996) antara lain:
a. ketergantungan fisik/jasmaniah (physical dependence) adalah suatu lama. keadaan yang ditandai oleh gangguan jasmaniah yang hebat apabila pemberian suatu obat dihentikan, keadaan ini timbul sebagai akibat hasil penyesuaian diri terhadap adanya obat dalam tubuh secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup
b. Keutungan psikis/psikologis (psychological dependence) adalah suatu keadaan dimana suatu obat menimbulkan perasaan puas dan nikmat sehingga mendorong seseorang untuk memakai lagi secara terus menerus atau secara berkala sehingga diperoleh kesenangan/kepuasan.
Tanda-tanda umum orang yang menyalahgunakaan obat-obat terlarang antara lain:
a. Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian.
b. Sering membolos, menurunkan disiplin dan nilai-nilai pelajaran
c. Menjadi mudah tersinggung, suka marah-marah sering menguap dan mengantuk, malas, tidak mempedulikan hygiene dan lain-lain
d. Suka mencuri yang dimulai dengan barang-barang kecil untuk membiayai obat-obat terlarang
e. Selalu memakai baju lengan panjang untuk menyembunyikan luka suntikan pada lengannya dan suka memakai kaca mata hitam untuk menyembunyikan perubahan wajah/ekspresi atau menghilangi/melindungi sinar tajam pada pupil matanya akibat penyalahgunaan obat-obat terlarang.
H. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah diskriftif kuallitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati (Moleong, 1990:3)
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah apa yang menjadi perhatian suatu penelitian (arikunto, 1988: 99). Objek penelitian ini adalah pengguna Narkotika dan obat-obat terlarang yang berdomisili di Kotamadya Surakarta dan sekitarnya.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Kotamadya Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.
4. Sumber Data Dan Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah mengambil sampel sebanyak empat orang, karena sudah dianggap bahwa sampel sejumlah itu sudah mewakili komunitas pengguna Narkotika dan obat-obatan terlarang. Sampel sejumlah empat orang dimana subjek penelitian adalah sebagai berikut:
a. Usia 20-25 tahun
b. Pria
c. Pendidikan minimal SMA
d. Berdomisili di Kotamadya Surakarta dan sekitarnya
5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara terstruktur, kuesioner, dan observasi partisipan. Wawancara tersruktur adalah wawancara yang mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari responden (Moelong, 1989:153). Kuesioner adalah metode pengumpulan data yang berbentuk pertanyaan yang harus dijawab atau diisi oleh responden dibawah pengawasan peneliti (Busono, 1988:74). Adapun observasi partisipan adalah metode penelitian untuk mengumpulkan data yang dicirikan adanya interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis isi (content analysis) yaitu telaah sistematis atau catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data (Faisal, 1982:133).
7. Teknik Penyajian Data
Teknik penyajian data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Metode penyajian informal merupakan metode penyajian data berupa perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:145).

I. Jadwal Penelitian

Jenis kegiatan Tahun 2007/2008
Oktober November Desember Januari
Tahap persiapan
a. Studi Pustaka
b. Survei Awal
X

X
Tahap Penelitian
a. Penyedian Data
b. Klasifikasi Data
c. Analisis Data
X
X
X


Tahap Penyusunan
a. Penulisan Laporan
b. Penyerahan Laporan
X
X

J. Nama dan Biodata Dosen Pembimbing

1. Nama :
2. NIP/NIS/NPP/NIK :
3. Status Dosen :
4. Tempat / Tgl. Lahir :
5. Jenis Kelamin :
6. Pangkat/ Golongan :
7. Jabatan Struktural :
8. Jabatan Akademik :
9. Pendidikan Tinggi :
10. Alamat :

K. Jurtifikasi Anggaran
a. Peralatan
No Nama Alat Satuan Volum Harga Sastuan Jumlah(Rp)
1. Sewa Kumputer dan Printer Minggu 2 300.000 300.000
2. Biaya Lstrik - - - 350.000
3. Flasdisk Buah 2 150.000 300.000
Total Anggaran 950.000


b. Makalah

No Uraian Satuan Volume Harga satuan Jumlah(Rp)
1. Pembuatan Proposal Eksemplar 5 100.000 500.000
2. Pengetikan Laporan Lembar 30 1500 45.000
3. Pneggandaan Laporan Eksemplar 5 70000 350.000
4. Penjilitan Laporan Eksemplar 5 30.000 150.000
Total Anggaran 1.045.000



c. Bahan Habis Pakai

No Nama Barang Satuan Volume Harga Satuan Jumlah(Rp)
1. Kartu Data Pak 2 80.000 160.000
2. Pembelian Buku Buah 4 100.000 400.000
3. Kertas HVS Rem 3 60.000 180.000
4. Tinta Print Buah 3 100.000 300.000
5. Film dan cuci cetak Rol 1 100.000 100.000
6. Vocer Pulsa Buah 4 200.000 800.000
Total Anggaran 1.940.000


d. Trasportasi

No Nama Barang Satuan Volume Harga Satuan Jumlah(Rp)
1 Trasportasi Lokal(Solo) Orang 3 600.000 1.800.000
Total Anggaran 1.800.000


Biaya Keseluruhan : Rp 5.735.000,00

Daftar Pustaka

Astuti, F. D.2001. Hubungan Antara Asertivitas dengan Prestasi Kerja Karyawan. Skipsi (Tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Darwin, F. W. 1990. Pemilihan Strategi Coping Berdasarkan tipe Kepribadian A dan B, Locus Of Control Serta Tingkat Intensivitas Stess. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Darojat , Z . 1977 . Makalah . ecstasy dan Permasalahannya , Yogyakarta . Srawung ilmiah IKIP Hlm. 1
Haryanto , 1993, Terapi Korban Penyalah Gunaan Narkotika dengan Pendekatan Agama (studi kasus di pondok pesantren surabaya). Laporan Penelitian Fakultas Psikologi UGM . Yogyakarta.
Hawari , D . 1996. Al-Quran : Ilmu Kedokteran dan Kesehatan jiwa. Yogyakarta.
Istono , M . 1999. Hubungan Antara Tipe Kepribadian hardinass dan Kecenderungan Menggunakan Program Focussed Coping Pada Wiraniaga. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.
Joewono ,s . 1976. Gangguan penggunaan Zat . Jakarta : Gramedia.
Kusumawardani , R . A .1998. Perbedaan Strategi Coping Dilihat Dari tingkat pendidikan dan Peran Jenis kelamin. Skripsi. Surakarta : Fakultas Psikologi UMS
Lazarus , R, S . 1976. Pattern Of Adjusment. New York : MC Gronce Hill.
Lincoln , Y . S , And Egon, G.G.1985. Naturalistic Inquiry Beverly Hills : Sage Publication.
Mursidi,A . 1996. Makalah Ecstasy dan Permasalahannya. Yogyakarta : Srawing Ilmiah IKIP.
Moleong, L . J . 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja Rusda Karya.
Nasution , S . 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Pearlin , L , A , and Schooler,C.1987. The Structure Of Coping. Journal of Health and Social Behaviour . 2, No.19. P : 2-21.
Pestonjee , DM. 1992. Stress and Coping (The indian experience). New Delhi : Sage Publication India Pvt. Ltd.
Robi’ah , N . 1992. Hubungan Antara Lingkungan Pergaulan dan Penyesuaian Diri dengan Strategi Coping pada Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan) Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.
Simanjuntak ,B . 1984. Latar Belakang Kenakalan Remaja . Bandung : Alumni.
Sasmita , R . A.1983. Problema Kenakalan Anak-anak Remaja. Bandung : Armicio.
Zamindari , V . 1999. Hubungan Antara Efikasi diri dengan Focused Coping dalam Menghadapi Masalah. Skripsi (tidak diterbitkan).Yogyakarta : Fakultas psikologi UGM.
Widodo , E dan Mukhtar.2000. Kontruksi ke arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta : anyrous.
Gatra , Mayoritas Pemakai Narkoba Murid SLTP dan SLTA : 24 Februari 2006.
Media Indonesia , Tragedi Pembunuhan Gara-gara Narkoba : 21 Mei 2006.

Artikel Terkait

Strategi Coping Pengguna Narkotika dan Obat Terlarang
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Dapatkan desain eksklusif gretis via email